76 Tahun Indonesia, Transformasi  Etos Gerak Gerik Pencak Silat Menjadi Etos Kerja Bangsa

Oleh H. Sariat Arifia

 

Berita Sidikkasus.co.id

Beberapa hari menjelang indonesia merdeka, jagad persilatan mendadak riuh. Gara garanya Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, menteri investasi mengeluarkan pernyataan tentang “Pengusaha pencak silat, jangan buat masalah di negara ini.

Gara gara pernyataan ini, akhirnya aneka ragam para pecinta, pelaku dan bahkan organisasi resmi Pencak Silat IPSI, ikut komentar. Ada yang menyesalkan, ada yang menuntut minta maaf, ada yang mengutuk ( seram juga ini) sampai minta Jokowi segera pecat Pak Menteri Bahlil Lahadia. Kalau mau jeli melihat, sebenarnya ini bukan sekali pak menteri Bahlil mengeluarkan pernyataan yang mengasosiasikan pengusaha hitam, banyak akal di anggap banyak jurus pencak silat. 18 Januari 2021, jejak digital menunjukkan bahwa Pak menteri sebenarnya juga sudah mengeluarkan pernyataan yang sama. “Selama ini pencak silatnya terlalu banyak ini pengusaha. Ada pengusaha baik, namun ada pengusaha yang harus dikasih pembinaan,” kata Bahlil,Senin (21/08/2021).

Setelah ramai kritik pak menteri cenderung diam, tidak merespon apa apa. Mungkin pak menteri sudah merasa ini menjadi bola politik dan tidak proporsional. Hipmi mantan organisasi yang dipimpin pak menteri justru menanggapi dengan mengatakan melihat helicopter view, ini soal sistem online single submission. (15/8/2021) dan tidak ada niat menyinggung pencak silat.

Tulisan ini bukan tulisan untuk membuat masalah jadi tambah ruwet terus dianggap menyerang pak Menteri. Bukan. Tulisan ini juga tidak menanggapi soal sistem online single submission, tapi soal pencak silat pada martabat kemuliaannya yang sesungguhnya. Pencak silat itu penuh kemuliaan, kebajikan, bermartabat tinggi, makanya banyak para pejuang promoters pencak silat, lebih lebih yang berada diluar negeri, dengan kerelaan hati paling dalam mereka mau merogoh materi, tenaga, waktu dan apa saja buat pencak silat Indonesia.

Pencak silat walau namanya suka di sebut sebut orang, namun bukan berarti orang paham tentang pencak silat. Khas pemberitaan yang suka keliru misalnya, ada berita siswa siswa yang baru belajar pencak silat lalu berantem di beri tajuk “Pendekar silat berkelahi”. Hal ini buat yang mengerti pencak silat jadi lucu, pendekar itu orang sudah tamat belajar pencak silat. Terus dia berbudi luhur, dia banyak menolong orang. Bermanfaat bagi banyak orang, jadilah dia pendekar. Kalau baru belajar, berantem massal, bukan pendekar tapi gangster. Enggak ada guru pencak silat mengajar kayak begitu. Tapi media ya suka saja main comot ditulis pendekar. Ketika pak menteri menganggap bahwa pencak silat itu orang-orang yang banyak jurus, gerak, akhirnya menyusahkan negara, itulah sebenarnya gambaran umum masyarakat tentang pencak silat. Pengamatan dari luar dan kulit kulitnya saja. Orang bisa mukul berarti pencak silat, berarti pendekar.

Pencak silat bukan itu. Di dalam tiap tiap bangsa ada budayanya sendiri yang lahir dari tantangan dan lingkungannya di tempatnya masing masing. Budaya ini bukan sehari dua hari, ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Budaya ini kemudian di manifestasikan bisa dalam berbagai wujud bisa upacara adat, bisa menjadi tari tarian, bisa menjadi konstruksi bangunan dan dalam pembelaan diri, budaya di Indonesia di sebut sebagai pencak silat.

Pencak silat adalah kristalisasi atau embodiment gerak gerik dalam pembelaan diri berdasarkan khazanah bangsa kita sendiri dalam menghadapi tantangan yang ditemukan dalam lingkungannya, Itu sebabnya gerak gerik pencak silat tidak sama dengan bela diri manapun di dunia ini, sangat khas. Paling efektif efisien buat bangsa indonesia.

Terbukti dalam masa penjajahan selama ratusan tahun, bela diri yang digunakan bangsa kita sendiri adalah pencak silat. Mau dari minang, mau dari sunda, mau dari madura, lombok dari seluruh penjuru Indonesia bela dirinya jelas pencak silat.

Banyak bangsa di dunia yang maju dengan mentransformasikan Etos bela diri bangsanya menjadi etos kerja Bangsanya. Misalnya, etos kerja Jepang menganut prinsip “Pejuang Samurai” yang tercermin dari prinsip Bushido. Kemudian wushu atau kungfu yang juga di sebut pak bahlil, lihat gaya permainannya yang fleksibel dan mengalir, atau taekwondo bela diri korea yang berusaha tampil terbaik dan ganas dalam kaki. Semua bela diri manapun, tokoh manapun selalu melambangkan kemampuan menaklukkan dirinya sendiri, disiplin dan semangat dalam berlatih sehingga timbul kekuatan yang mengantarkan kepada kejayaan bagi bangsanya.

Contoh: Gajah mada misalnya, jangan dilihat sumpahnya saja tapi penempaan dirinya, melalui olah jiwa dan fisik sehingga punya kemampuan prima mengantarkan kejayaan majapahit. Olah jiwa dan fisik itu yang diturun temurunkan di dalam ilmu bela diri bangsa kita sendiri pencak silat.

Dalam semangat kependekaran pencak silat, tersimpan berbagai gemblengan yang menata diri penuh dengan energi positif, jiwa yang penyayang/welas asih, sopan santun, kekeluargaan, jiwa pekerja keras , pantang menyerah dan bermental baja.

Dalam jaman majapahit misalnya di kenal sumpah Gajah Mada yamg disebut dengan “tan amukti palapa” dan di masa kemerdekaan lahir semboyan“merdeka atau mati”. Orang orang ini memilikk gemblengan kependekaran pencak silat dimana dengan gemblengan itu mereka semuanya rela berkorban buat agama, bangsa dan negara. Gemblengan tradisi ratusan dan ribuan tahun lalu itu menggunakan metodologi berbagai macam, dari pergi keatas gunung, memecah ombak di tengah laut, dikubur berhari hari di dalam tanah, bahkan termasuk juga latihan di malam hari. Di saat orang lain tidur, para murid pencak silat bangun berlatih. Tanpa suara. Semua dilakukan dan ada walau tanpa terminologi.

Di masa sekarang, dengan peradaban yang sekarang maka masyarakat menggunakan terminologi atau istilah untuk satu fenomenologi.

Pencak silat punya ribuan, bahkan ratusan ribu terminologi yang sebenarnya kalau di pakai oleh kementrian Indonesia, termasuk baik dipimpin pak bahlil sendiri bahkan Pak Prabowo yang menjadi Menteri Pertahanan yang bisa mendorong manajemen performance yang tinggi.

Contohnya: “batur arek, urang anggeus” artinya orang lain baru mau memulai, kita sudah selesai. Dalam pemaknaan kalimat ini, seorang pendekar yang menguasai pencak silat, ketika berhadapan dengan lawan. Baru saja lawan mau bergerak ingin melakukan sesuatu, maka sang pendekar sudah terlebih dulu mengantisipasinya. Sehingga lawan tidak punya kemampuan untuk melakukan langkah gerak lebih lanjut. Kalau terminologi ini di jadikan oleh pak menteri menjadi satu prinsip kerja, tidak terbayangkan capaian yang akan diraih.

Contoh lainnya: “ojo rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa” artinya jangan pernah merasa bisa. Tapi harus bisa merasa. Terminologi kalimat Ini menunjukkan adanya kemauan untuk terus belajar dan mengejar improvement dari waktu ke waktu serta juga punya kemampuan untuk meraba hal yang ada di depan nanti. Jangan pernah puas sama yang sudah ada. Bayangkan kalau kementrian investasi, bisa merasakan penuh apa yang diinginkan investor dimasa akan datang kemudian dibandingkan dengan peta kompetisi penarikan investasi maka Indonesia berpeluang penuh menjadi surga investasi masa akan datang.

Sebagai satu patokan, Tidak ada bangsa yang besar di dunia ini, yang bisa besar dengan meninggalkan budaya dan semangat juang yang lahir dari bangsa itu sendiri. Begitu juga dengan bangsa Indonesia, hanya dengan menggunakan budaya dan semangat pencak silat yang bermartabat dan mulia ditransformasikan dalam etos bangsa maka Indonesia akan tercapai kejayaannya.

DIRGAHAYU INDONESIA, INSYA ALLAH, TANGGUH DAN TUMBUH SELALU!

Penulis : H.Sariat Arifia (Mantan ketua asosiasi pencak silat afrika selatan, penanggungjawab perguruan pencak silat salamun alaikum dan pengurus senam hijaiyah Indonesia).(AViD)

Komentar