Berita sidikkasus.co.id
Dilihat dari fungsinya, wartawan adalah seorang non-spesialis. Sifat alami dari aktualita mengharuskan ia untuk mencampuri urusan apa saja.
Melompat dari satu tema ke tema lain, ada risiko ia berbicara tentang apa saja dengan sembarangan. Bahkan ia sering dituding membicarakan segalanya untuk tidak mengatakan apa pun.
Tetapi, menjadi wartawan umum bukan berarti kurang ilmu pengetahuan (Dangkal). Wartawan-wartawan ahli terbaik hanyalah wartawan umum yang teramat bersungguh-sungguh dalam kerja.
Membudidayakan Multi-Fungsi
Dilihat dari definisinya, jurnalisme itu bermain di semua jenis lapangan. Tidak memilih bidang intervensinya, aktualitalah yang menentukan. Maka, panggilan hati wartawan adalah mempraktekkan segalanya.
Kompetensinya harus ditunjukkan dengan cara yang sama di mana pun itu : diruangan kecil maupun diruangan besar. Dalam jurnalisme, seperti kedokteran, di mana dokter umum yang baik menangani kasus-kasus ringan sama cermatnya dengan yang berat.
Entah bekerja di koran lokal atau sebagai reporter terkenal, jurnalisme menuntut kerendahatian dan penyediaan diri.
Yang Harus Ditanamkan Dalam Benak :
Menggarap kejadian paling remeh seperti kejadian luar biasa : dengan kecermatan yang sama.
Menggarap berita biasa seperti berita penting : dengan ketepatan yang sama. Menyiapkan vox pop seperti menyiapkan wawancara panjang : dengan “panduan wawancara”.
Memperlakukan setiap laporan seperti kisah yang indah untuk diceritakan.
Memandang setiap sosok yang ditemui sebagai kemungkinan diangkat jadi profil yang bagus. Memandang setiap cerita sepele yang dilaporkan sebagai peluang dibuat liputan unik.
Bertanya-tanya setiap kali ada insiden yang mengejutkan : apakah di balik itu ada materi yang patut diinvestigasi?
Mengurutkan hirarki informasi lokal sejeli informasi nasional : dengan penggarapan yang necis.
Apa yang terjadi di tangga gedung apartemen saya lebih penting dari apa yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggal saya. Yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggal saya lebih penting dari yang terjadi di wilayah Kota saya.
Yang terjadi di wilayah Kota saya lebih penting dari yang terjadi di Kota saya. Yang terjadi di Kota saya lebih penting dari yang terjadi di tingkat daerah. Yang terjadi di tingkat daerah lebih penting dari yang terjadi di tingkat propinsi, dan seterusnya.
Ini Soal Mengkondisikan Refleks
Aktualita bagai tertidur? Saya reaktif! Saya mengembangkan sikap interaktif dengan pembaca yang surat-surat dan opini-opininya merupakan tambang emas saat saya kekurangan topik bahasan.
Tinggal mengantisipasi aktualita yang dapat diprakirakan, menyusun laporan khusus dengan apa yang disampaikan oleh beberapa pembaca yang tertarik pada tema tersebut.
Aktualita bikin ngantuk? Saya kreatif! Saya mencari berbagai sudut pandang yang tak terduga untuk menggarap topik-topik yang lazim.
Tinggal memantau apa pun yang kurang lumrah dan menggunakan genre yang mengejutkan untuk menggarap topik yang biasa-biasa saja.
Aktualita membosankan? Saya bergelora! Saya mencari kesaksian-kesaksian dari kasus-kasus baru untuk menggambarkan tema-tema yang usang. Tinggal setiap hari memperkaya buku alamat saya dengan kontak sumber-sumber baru potensial, agar mampu menggarap dengan sangat cepat, tapi sangat serius, tema apa saja.
Aktualita kurang mengilhami? Saya membenahi gaya tulis! Saya menulis brief news yang apik, terdiri atas satu kalimat yang iramanya enak, berdasarkan wire story agensi pers yang tidak menonjol.
Contohnya: Pengadilan Roma menilai “abusif” pemecatan yang dilakukan oleh Caesar terhadap seorang prajurit markas besar yang dipekerjakan di barak perwira, yang telah mengambil 3 irisan sosis babi hutan Celtik yang tersisa di pinggir piring seorang pemimpin pasukan, untuk diberikan kepada anjing Galia-nya.
Bahkan, dengan model itu, saya bisa menciptakan rubrik harian baru yang terdiri atas brief news yang “bikin senyum”
Mengembangkan Keahlian
Spesialisasi diperoleh lewat pengalaman di dunia jurnalisme. Kita takkan mampu menggarap tema secara lengkap jika tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk menggalinya secara mendalam.
Kita takkan mampu menerangkan dengan jelas penyidikan polisi jika tidak mengetahui prosedur-prosedur yudisial. Kita takkan mampu menganalisis dengan benar situasi keuangan perusahaan jika tidak tahu perbedaan antara laba dan rugi. Kita takkan mampu mengritik sebuah hasil karya dengan jitu jika tidak memiliki referensi sama sekali.
Ini Soal Pelibatan Pribadi
Koran-koran terbaik adalah yang wartawannya dianggap berwibawa berkat tulisan yang berbobot, apa pun temanya. Dari tema yang paling rumit (pendidikan, keadilan, kepolisian, ilmiah, kesehatan, budaya, agama, militer, dan lain-lain), hingga yang paling lazim. Politik dalam negeri, politik luar negeri, ekonomi, sosial, olahraga, dan lain-lain.
Setiap wartawan umum atau non-spesialis mampu menjadi ahli dalam rubrik apa pun. Dengan syarat, memang menghendakinya sehingga rela menuntaskan pekerjaan tambahan yang diperlukan untuk mencapainya.
Tidak perlu kembali ke kampus, tinggal menuntut diri sendiri untuk terus maju secara otodidak.
Menetapkan tujuan pribadi, yaitu menjadi profesional terbaik di rubrik yang kita pilih atau yang ditentukan oleh tempat kerja.
Menyediakan waktu untuk belajar dari saran-saran para senior sejawat.
Membaca semua yang dikatakan dan ditulis tentang tema tersebut, khususnya semua yang dipublikasikan koran-koran lain.
Belajar, seperti di sekolah, dengan mengumpulkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk menguasai materi : naskah hukum, kebijakan resmi, peraturan profesional, dan lain-lain.
Mengembangkan jaringan sumber-sumber pridadi di kalangan profesional yang terkait, agar dapat menguji pemahaman kita terhadap persoalan-persoalan yang ada jika masih ada keraguan.
Hadir secara fisik, sesering mungkin walaupun sedikit membuang-buang waktu, di tempat-tempat di mana perdebatan antar ahli profesional berlangsung (Kongres, Muktamar, Rapat)
Menulis : dengan menghindari pemakaian jargon para ahli agar dimengerti dengan baik oleh khayalak luas, tapi juga menghindari taksiran yang dikira-kira agar tetap diminati kalangan yang mendalami tema tersebut.
(Adeni Andriadi)
Komentar