Warga Tampak Siring Bali 4Tahun Cuci Darah Biaya Di Tanggung JKN-KIS

BALI  – JKN. Wayan Suarsana (43) nampak terharu menceritakan pengalamannya menemani istrinya Ni Ketut Jujur (40) yang menderita sakit pada ginjalnya hingga mengharuskan cuci darah rutin. Ditemui di Rumahnya di Banjar Kulu, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Giayar pada Senin (08/10), Wayan menceritakan di tengah kondisi keluarganya yang sangat sederhana dan mengandalkan dirinya sebagai tulang punggung keluarga membuat dirinya tiada henti mengucapkan terima kasih atas hadirnya Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)

Pria yang berasal dari Banjar Kulu, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar “Jujur saya sering merasa tidak nyaman untuk bekerja karena kepikiran istri di rumah yang sedang berjuang melawan sakitnya. Makanya saya terpaksa tidak pergi bekerja dan sering dibantu oleh anak pertama yang saat ini juga telah bekerja sebagai pengerajin kecil,” tutur Wayan.

Ayah 2 anak ini menceritakan kepedihannya ketika pertama kali tahun 2014 ia mengantar istrinya berobat ke salah satu rumah sakit pemerintah di daerah Denpasar yang saat itu4 mendiagnosa istrinya menderita penyakit pada ginjalnya dan menyarankan dirinya mencari jadwal rutin untuk cuci darah, namun saat itu dirinya menolak karena merasa tidak mampu untuk membayar biaya pengobatan istrinya.

“Bahkan saat itu dokter yang menangani istri saya menyampaikan bahwa dalam rentan waktu dua bulan, kemungkinan penyakit istri saya akan sering kumat sehingga harus segera diambil langkah untuk cuci darah,” kenangnya.

Dengan perasaan pasrah dirinya pulang dan menunggu cemas atas perkataan dokter tersebut, benar saja 2 bulan kemudian penyakit istrinya kambuh dan harus diopname di rumah sakit pemerintah di Kabupaten Gianyar, saat itu dirinya disarankan oleh pihak rumah sakit untuk mencari kartu JKN-KIS PBI APBN melalui Dinas Sosial. Atas saran tersebut dirinya menghubungi Dinas Sosial dan dibantu pengurusan kartu JKN-KIS PBInya sesuai prosedur.

Ketika kartu JKN-KIS PBI-nya keluar dirinya langsung memanfaatkan jaminan JKN-KIS ini untuk pengobatan istrinya, dengan mengikuti prosedur yang berlaku dirinya sama sekali tidak menemui halangan dalam memperoleh pelayanan JKN-KIS, bahkan dirinya mengaku selama 4 tahun menggunakan JKN-KIS ini dirinya dan istrinya sama sekali tidak pernah dipungut biaya tambahan.

“Kalau tidak ada JKN-KIS ini saya tidak tahu bagaimana nasib istri saya. Terima kasih kepada BPJS Kesehatan, Pemerintah, Puskesmas dan rumah sakit yang sangat-sangat membantu istri saya. Tapi utamanya, saya juga tahu biaya4 pengobatan ini sangat tinggi dan semua ini adalah berkat iuran yang dari peserta JKN-KIS di seluruh Indonesia. Untuk4 itu saya sangat memohon kepada peserta JKN-KIS jangan henti-henti membayar iuran semoga semuanya rutin membayar iuran karena orang-orang seperti kami ini sangat terbantu sekali,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Setelah minggu lalu sempat menjalani cuci darah, istrinya kemudian diinformasikan oleh rumah sakit bahwa untuk cek berikutnya agar mencari rujukan ke Puskesmas tempat istrinya terdaftar dan akan dirujuk secara online secara berjenjang, dirinya pun akan mengikuti prosedur yang berlaku dan percaya itu adalah jalan terbaik bagi peserta JKN-KIS. (Sutarya)

Komentar