Sidoarjo, jejakkasusnews.co.id
Ngaji kebangsaan dan sarasehan budaya digelar Yayasan Madya Jenggala Nusantara di padepokannya di Dusun Jodokan Desa Grabagan Kecamatan Tulangan kemarin malam, Rabu, (18/9). Kegiatan yang dihadiri tokoh lintas agama tersebut di hadiri Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad Syaifuddin SH. Kegiatan rutin memperingati malam 1 Muharram tersebut diisi dengan pengajian. Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, M.Si serta KH. Marzuki Mustamar dan KH. Chusein Ilyas dihadirkan memberikan ceramah. Kegiatan tersebut juga dalam rangka ruwat agung 2019. Tokoh Agama Kristen Pendeta Sigit serta tokoh Katholik Pastor Romo Yusi Qwensi dan Forkopimka Tulangan hadir pada kegiatan tersebut.
Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad Syaifuddin menyambut positif mengatakan kegiatan seperti ini. Kegiatan tersebut akan membuka pandangan atau cakrawala berpikir seseorang. Seseoarang akan memiliki cara pandang yang sempit bila tidak pernah diskusi maupun silaturhami seperti ini. Pergaulan serta referensi bacaan menjadi penting untuk membuka cakrawala berpikir yang luas. Menanggapai sesuatu dengan banyak sudut pandang akan mampu dilakukan seseorang dengan hal itu.
“Marilah kita tata cara berpikir kita sehingga kita hidup berbangsa, bernegara, beragama dan bermasyarakat dengan berpikir positif seperti akhlak rosululloh Muhammad SAW,”ajaknya.
Dalam sambutannya Wabup H. Nur Ahmad Syaifuddin mengajak masyarakat berlomba-lomba berbuat kebaikan. Dikatakannya kita dilahirkan pada kemajemukan. Dilahirkan pada suku dan agama yang berbeda-beda. Keyakinan beragama tidak dapat dipaksakan kepada umat lain. Dan dengan kemajemukan tersebut menjadi ladang berdakwah.
“Kita dilahirkan serba kemajemukan, serba kebhinekaan, bermacam-macam agama, bermacam-macam suku bangsa, dan kita harus berlomba-lomba pada kebaikan,”ajaknya.
Wabup yang akrab dipanggil Cak Nur meminta untuk tidak melihat perbedaan. Perbedaan itu pasti namun jangan sampai dipermasalahkan. Setiap manusia berhak beribadah sesuai keyakinannya. Silaturahmi harus terus dijaga. Dikatakannya kebenaran universal menjadi ruang untuk bertemu ditengah perbedaan agama. Semisal menolong orang lain yang diajarkan pada semua agama. Kebenaran universal tersebut menjadi pemersatu umat bangsa. Oleh karenanya toleransi harus ada dalam bermasyarakat. Dengan begitu perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu.
“Dengan perbedaan itu akan menjadi potensi kita untuk merajut kebersamaan dan menjadi potensi untuk membangun,”ucapnya. (Ron).
Komentar