Oleh: Indra Gunawan
Berita sidikkasus.co.id
Teguran itu secara kebahasaan adalah apa yang menimpa, apa yang mengenai sesuatu apa saja, bisa juga teguran untuk memperingatkan seseorang agar sadar dengan apa yang telah dilakukannya sehingga ia kembali ke jalan yang benar semisal ketika orang tua yang marah kepada anaknya karena berbuat kesalahan, dan teguran itu akan terjadi ketika kita berbuat salah tetapi dampaknya juga kepada yang tidak bersalah, sama seperti musibah, apa yang menimpa mengenai sehingga dapat berkonotasi baik dan dapat pula berkonotasi tidak baik.
Dalam terjemahan al-Qur’an surat an-Nisa ayat 79, yang artinya: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Secara umum masyarakat mengartikan musibah sebagai suatu kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa manusia dan tidak dikehendaki datangnya, seperti rasa sakit, bencana alam, dan lain sebagainya yang ke semuanya menjurus pada satu makna yaitu keburukan.
Asumsi tersebut pengertiannya sudah terumuskan, baik dalam kamus-kamus ataupun dalam ensiklopedi-ensiklopedi yang ada. Di samping itu diperkuat lagi dengan sebuah hadis nabi riwayat Abu Dawud yang berbunyi: ”Setiap sesuatu yang menyedihkan bagi orang beriman adalah musibah”.
Jadi musibah itu bisa baik dan bisa juga tidak baik, hanya pengertian secara umum teguran itu selalu dikonotasikan sebagai sesuatu yang tidak baik. Oleh sebab itu ta’rif musibah adalah “kullu makruhin yahullubill insan” atau segala sesuatu yang tidak ada yang menimpa diri manusia.
Kini dunia di landa dengan musibah yang bernama virus corona diawali pada akhir 2019 dan sampai pada saat 2020 sekarang ini, virus corona belum kunjung juga pergi dan menghilang dari permukaan bumi ini.
Virus adalah organisme yang berukuran sangat kecil, bahkan lebih kecil dari bakteri. Mikroorganisme ini membutuhkan inang yang hidup, misalnya manusia, hewan, atau tanaman untuk berkembang biak.
Ketika virus memasuki sel tubuh Anda, ia mengambil alih sistem kerja sel lalu mengubahnya menjadi sel penghasil virus baru yang bisa menginfeksi sel tubuh lainnya.
Penyakit yang ditimbulkan akibat infeksi virus beragam. Ada yang bisa bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri, ada pula yang tergolong serius dan memerlukan perawatan dokter.
Kalau dalam perspektif teologis, virus adalah makhluk Tuhan yang telah ditakdirkan memiliki karakter khas, meskipun tidak memiliki freewill sebagaimana manusia. Sebagaimana sperma yang juga merupakan makhluk ciptaan Allah yang bergerak mengikuti kehendak dan perintah Allah.
Dalam pandangan Islam diyakini bahwa disaat Allah menurunkan penyakit, maka Allah menurunkan juga obatnya. Disinilah manusia diperintahkan untuk beramal Sholih berfikir positif dan berusaha mencari obatnya.
Jadi munculnya corona virus dalam timbangan saintifik dan takdir akan melahirkan perilaku produktif dan kontributif. Meski demikian, secara teologis juga dipahami bahwa virus adalah bagian dari teguran/musibah yang diberikan Allah dan menyasar kepada siapa pun yang dikehendaki yang tidak bersalah juga terkena imbasnya.
Tidak seorangpun bisa menghalangi kehendak Allah. Ini adalah soal keyakinan yang bersifat transenden yang tidak bisa dijangkau oleh rasionalitas. Keduanya harus berjalan beriringan, sebab Islam memandang musibah sebagai ujian tuhan kepada hambanya.
Sejarah mencatat dahulu wabah kodok, belalang dan kutu sebagai teguran kepada hambanya untuk merobohkan kecongkakan kekuasaan Fir’aun yang sok jadi tuhan, sejarah juga mencatat dahulu wabah nyamuk mampu menjungkalkan kekuasaan raja songong namrud. Maka, virus corona yang merupakan tentara Allah terkecil juga akan mencatat sejarah karena mampu menjungkalkan kekuasaan kapitalisme yang telah mendunia.
Akibat pandemi global, kini dunia terancam mengalami resesi yang mungkin tidak akan pernah dibayangkan sebelumnya. Corona hanya ingin mengabarkan kepada manusia, betapa rapuhnya ideologi kapitalisme yang selama ini dipuja-puja. Kegagalan negara-negara kapitalis dan bonekanya melawan corona adalah pertanda bahwa sesaat lagi ideologi kapitalisme akan segera roboh menyusul ideologi komunisme yang terlebih dahulu roboh.
Awal 2020 bank dunia masih optimis ekonomi akan tumbuh 2,5 persen, namun pada medio tahun ini Bank Dunia memprediksi bahwa pandemi covid 19 mengakibatkan seretnya perekonomian antar negara. Pelambatan ekonomi ini kemudian bertransmisi secara global, menjangkiti bukan hanya negara-negara miskin dan berkembang, namun juga maju. Pandemi corona telah menimbulkan new abnormal berupa ancaman resesi global.
Ancaman resesi global itu diindikasikan oleh lambatnya roda perekonomian di sejumlah negara, bahkan ada yang berhenti total. Peredaran lalu lintas barang dan produkpun bersifat lokal. Penerapan lockdown telah menghentikan total aktivitas pembangunan infrastruktur. Sementara angka pengangguran dan kemiskinan meningkat tajam.
Bank dunia mencatat, eskalasi dampak yang dirasakan tahun ini sudah dalam zona merah artinya sangat membahayakan perekonomian jika dibanding waktu sebelumnya. Atas asumsi ini, maka Bank Dunia memproyeksikan perekonomian global tumbuh minus 5,2 persen. Kontraksi ekonomi juga dirasakan oleh negara-negara maju seperti Amerika yang mencapai minus tujuh persen.
Sementara Jepang mencapai 9,1 persen. Sedangkan Uni Eropa mencapai 6,1 persen. Sementara prediksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang menurut, Bank Dunia akan minus 2,5 persen. China tumbuh satu persen, India minus 3,2 persen, Brasil minus delapan persen.
Bank dunia bahkan menyatakan bahwa program stimulus tidak akan mampu meredam penyusutan ekonomi yang berjalan. Jurang resesi global akibat pandemi tak bisa terelakkan lagi. Sementara proses pemulihan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat.
Secara filosofis resesi global 2020 ini mengindikasikan betapa lemahnya fundamental ekonomi kapitalisme. Peredaran kekayaan yang hanya berputar pada segelintir pemodal besar bisa jatuh dengan cepat jika produksi berhenti akibat pandemi. Pajak dari para pengusaha pun mandek yang mengakibatkan negara tak punya uang.
Hidupnya negara kapitalis adalah karena dari faktor pajak. Negara hanya berfungsi sebagai regulator. Negara kapitalisme adalah negara yang dikuasai oleh segelintir kaum borjuis, sementara rakyat banyak hanya menjadi korban dalam jeratan kemiskinan. Jauh-jauh hari ideologi komunisme telah runtuh berkeping-keping dengan runtuhnya Uni Soviet, maka kini ideologi kapitalisme dengan mengalami sekarat. Begitulah jika Allah menghendaki keruntuhan kesombongan manusia.
Sebagaimana kesombongan peradaban fir’aun dan namrud yang runtuh dan terjungkal oleh wabah tentara tuhan yang bernama kodok, belalang, kutu dan nyamuk.
Virus corona adalah tentara Allah yang ditugaskan untuk meruntuhkan sistem kapitalisme sekuler liberal. Virus corona juga sekaligus menjadi pelajaran bagi manusia untuk kembali kepada sistem yang sempurna, yakni sistem Islam. Islam adalah sistem hidup yang paling sempurna karena berasal dari Allah Yang Maha Sempurna.
Manusia hari ini harus bisa belajar dari sejarah runtuhnya peradaban pada masa lalu. Ada empat faktor yang menyebabkan murka Allah terhadap kaum terdahulu hingga Allah kehancuran dan membinasakan mereka.
Pertama adalah ketidak taatan pada syariah Allah SWT untuk diterapkan dalam kehidupan mereka, Kedua kehidupan para pemimpin dan pejabat yang bermewah-mewah sementara rakyatnya miskin dan menderita.
Ketiga kezaliman kepada rakyat kecil dengan memutuskan berbagai kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, Keempat mengingkari kebenaran yang didakwahkan oleh para utusan Allah, bahkan mereka memusuhi, menghina, memburu dan menindas para utusan Allah yang berdakwah kepada mereka. Tiga ayat berikut semoga menjadi renungan bagi kita untuk yakin kembali kepada hukum Allah dan tinggalkan sistem kapitalisme dan komunisme yang berbunyi:
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (QS Thahaa : 124).
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya Berlaku terhadapnya Perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS Al Isra’ : 16).
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96).
Rasulullah sendiri dan para sahabat telah lebih awal memberikan contoh pendekatan saintifik rasional dalam menghadapi wabah. Ada beberapa hadist yang menunjukkan usaha-usaha rasional dalam menghadapi wabah. Mungkin pada hari ini apa yang perintahkan Rasulullah disebut dengan istilah lockdown dan physical distancing. Rasulullah bersabda.
Janganlah engkau mencampurkan orang yang sakit dengan yang sehat (HR Al Bukhari). Jauhilah penyakit kusta, sebagaimana engkau lari dari kejaran singa’ (HR Ahmad).
Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, Janganlah kalian memasukinya. Jika terjadi wabah di tempat kalian berada, Janganlah keluar darinya (HR. Al-Bukhari).
Karena itu selain pendekatan saintifik sebagai ikhtiar karena setiap ada penyakit pasti ada obatnya, penanganan wabah virus corona juga harus diselesaikan dengan muhasabah spiritual. Sebab Allah menegaskan dalam Surat Asy Syura : 30 bahwa musibah yang menimpa manusia dikarenakan oleh ulah dan perbuatan buruk manusia. Karena itu selain bertobat, harus ada upaya maksimal untuk menyelamatkan nyawa manusia dari paparan virus corona ini dalam sebuah hadist dengan tegas menyatakan :
Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak. (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Disinilah pentinya seorang pemimpin negara itu memiliki ketaqwaan yang tinggi dan memiliki kecerdasan. Dalam Islam generasi seperti ini disebut Ulil Albab. Pemimpin yang cerdas dan bertaqwa sebagaimana Umar bin Khattab akan menyelesaikan wabah dengan pendekatan rasionalitas sekaligus spiritualitas.
Dua pendekatan ini akan cepat bisa menyelesaikan masalah wabah ini. Jika hanya satu pendekatan rasional, maka manusia bisa terjerumus kepada kesombongan, sementara jika hanya spiritualitas, manusia bisa terjerumus kepada sikap fatalisme. Pemahaman wabah corona dalam timbangan sains dan spiritualitas agam akan melahirkan sikap positif, produktif dan kontributif dalam berbuat.
Publisher : Teddy
Komentar