Banyuwangi – Prakiraan cuaca akhir-akhir ini terasa berubah-ubah hingga kita sulit memprediksi musim apa kemarin, sekarang atau yang akan datang.
Lain halnya dengan dengan beberapa tahun lalu,seakan petani dan nelayan pun sangat bisa menghafal prakiraan cuaca dari bulan ke bulan.
Adakalanya prakiraan cuaca itu menjadi patokan khusus untuk melakukan sesuatu.
Misal saja petani mulai menanam padi di bulan Desember dan Januari, di karenakan rumus mereka bulan itu adalah bulan penghujan yang baik untuk bercocok tanam.
Sedang bulan Maret dan April masa mereka panen dengan suasana langit cerah.
Atau rumus Nelayan yang memilih tidak berlayar di bulan Agustus
dan September karena bulan itu musim angin kencang.
Sementara bulan November dan Oktober cuacanya panas dan penjual es campur akan laris manis.
Tapi dari jumlah 12 bulan itu, pecinta layang-layanglah yang ramai menikmati nya.
Biasanya April dan Maret mereka mulai mempersiapkan pembuatan gala panjang dan merakit kerangka layangan.sambil berfikir tema gambar yang di sukai nya atau warna apa yang mau di usung nya.
Untuk menang Dalam permainan layangan,maka sarana dan prasarana nya harus di persiapkan detail.
Mulai dari benang berkualitas,kuat dan tajam agar bisa menumbangkan lawan nya.
Entah berapa lembar kertas yang keluar dari dompet untuk membeli kertas yang di pertarungkan.
Di bulan Agustus dan September layang-layang mulai di terbangkan, mengikuti arah angin.disinilah kepiawaian sang joki menunjukkan skill tarik dan ulur untuk memutus benang layangan lawan sekaligus menjatuhkan mental lawan.
Di bulan November sampai Oktober cuaca mulai panas.layang-layang yang tumbang hanya sekedar penghias di ujung ranting pohon, tersangkut lalu di ambil bocah dengan gala.
Sementara layangan yang masih terbang tinggal sedikit,sambil menunjukkan eksistensinya menjadi yang teratas di udara.perebutan juara bersaing ketat penuh intrik,siapa melirik pasti tertarik.
Memasuki pertengahan bulan Desember,cuaca kembali dingin, menyambut musim penghujan.
Layang-layang di turunkan.tak ada lagi yang mengibarkan.
Cerita layang-layang teraduk di secangkir kopi pedagang kaki lima.
Tak ada sekat perbedaan warna.
Karena bagi pencinta layang-layang di Banyuwangi adalah”Pedhote layangan sing dadi paran,tapi Ojo sampek pedhot seduluran”(putusnya layang-layang tidak mengapa,tapi jangan sampai putus persaudaraan).
Oleh : Faruk Wahyudi
Komentar