Teddy UT. Pertahankan Uri – Uri Blambangan Banyuwangi Sebagai Simbol Adat Yang Kuat

Berita Sidikkasus.co.id

Banyuwangi, Desa Wonosobo Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi, Teddy UT. memiliki gagasan yang kuat untuk mempertahankan uri – uri Blambangan Banyuwangi sebagai bentuk simbul kuatnya adat istiadat Banyuwangi, jangan sampai punah begitu saja, cukup di sayangkan bila kita mengikuti zaman millenial tanpa pedulikan pewaris nenek moyang kita yang susah payah mendirikannya sampai ratusan tahun di tinggalkan begitu saja, Jum’at 13/12/2019.

Untuk menjaga uri – uri Blambangan Banyuwangi masih tetap terjaga Teddy UT. berkomentar pada awak media, ” sampai saat ini saya mementingkan rakyat Banyuwangi, ini perlu saya kembangkan kembali budaya – budaya lama sudah hampir punah gak di pakai lagi, maka dengan inisiatif saya dan rekan – rekan menciptakan suasana Banyuwangi Klasik, saya mendirikan salah satu Cafe yang bernuansa Klasik adat Osing Asli Banyuwangi yaitu namanya, Jinggo Cafe,” tuturnya dengan ramah.

Adapun tempat
sangat strategis buat nongkrong bersama teman rekan dan sahabat untuk tempatnya sangat asri dan bagus juga buat ngopi bareng dengan keluarga.

Jinggo cafe yang baru di dirikan ada sekitar dua bulan yang lalu di kelola oleh Teddy UT. dan teman – teman dan juga ada beberapa tenaga kerja serta di bantu oleh tukang ahlinya.

Cafe ini saya dirikan hanyalah pada waktu itu untuk seni dan membudidayakan uri uri seni budaya Banyuwangi Klasik mangkanya saya dirikan di lengkapi dengan pentas seni tujuannya adalah agar jangan sampai mati seni Banyuwangi ini setiap malam Minggu sekali kegiatan tersebut di acarakan.

Budaya seni akan selalu kami tayangkan mulai dari segi Kuntulan, Gandrung dan masih banyaklah seni – seni yang lainya seperti Angklung itu yang mencoba untuk kita kembangkan lagi.

Untuk semakin memperkuat budaya adat banyuwangi kita tak akan biarkan budaya yang selalu kita kembangkan hilang pupus begitu saja oleh karna itu kita jaga dan kita hidupkan lagi budaya adat yang sudah kita kenal dari jaman nenek moyang kita harus pertahankan kalau tidak kita siapa lagi.

Untuk kedepannya kita wujudkan perkembangan era zaman dulu di mana kita harus semakin maju sebagai budaya adat Banyuwangi yang lebih bagus lagi.

Tetapi kita untuk memajukan perkembangan zaman sekarang ya memang itu perlu, tetapi jangan melupakan adat budaya yang sudah lama itu maksud saya sering saya teriak teriak seperti itu bahwa ayok kita kembali ke budaya lama, kita pertahankan felosofi era zaman dulu kala, bila perlu kita tingkatkan menjadi legendaris pewaris nenek moyang kita tetap terjaga dengan baik.

Budaya lama itu adalah kalau zaman dulu istilah unggah ungguh itu kan jaman sudah mulai terkikis seperti itu.

Zaman mellenial itu beda sekarang begini
sudah di perlakukan di dalam Negeri contohnya adalah untuk merawat orang tua atau jompo.

Orang tua kalau sudah semakin tua tidak di rawat oleh anaknya di taruh di panti jompo akan kah Indonesia seperti itu, Na’udzhubillah mindalig, mangkanya mellenial boleh seperti itu, tapi budaya lama harus tetap kita jaga dan adat istiadat Banyuwangi yang harus kita pertahankan.

Kita ini adalah generasi mellenial, jadi tinggal kita bisa pertahankan budaya – budaya yang sudah di dirikan oleh nenek moyang kita itu yang harus kita pertahankan kembali.

Nanti akan kita bikin trobosan – trobosan baru yang insya’alloh sudah saya rancang untuk menghidupkan kembali untu usaha usaha orang kecil supaya bisa mandiri imbuhnya.”

(indahyani/edi)

Komentar