Berita SidikKasus.co.id
Bangka Belitung — Menyikapi klarifikasi Sdr Syarli Nopriansyah sebelumnya, Syarli selaku penanggung jawab MusProp IV IPSI Babel perlu saya sampaikan sebagai berikut :
Pertama, Penentuan perguruan yang berhak sebagai peserta MusProp adalah perguruan tingkat prov yang mempunyai cabang 50 persen plus 1 di kab /kota sesuai ADRT PB IPSI. Makanya terdapat hanya 6 perguruan, sedang psht tidak diundang karena ada dualisme kepengurusan tingkat pusat. Ada upaya untuk mengacau MusProp karena ada perguruan tingkat prov tidak diundang karena tidak memenuhi syarat minimal punya 4 cabang di kab/kota ngotot masuk sebagai peserta yang diakomodir panitia karena untuk menghindari keributan. Perguruan psht masuk sebagai peserta dan mempunyai hak suara dengan membawa mandat dari psht cabang kota yang harus tidak memenuhi syarat sebagai peserta MusProp.
Kedua, Pada awalnya memang saya berencana maju karena ada dukungan dari 6 pengkab kota dan 3 perguruan dan karena dalam perkembangannya pak Naziarto berkenan untuk maju maka saya minta 6 pengkab kota dan 3 perguruan juga memberikan dukungan kepada Naziarto.
Ketiga, Edi Zunardi memang ada mengajukan surat pengunduran diri dan ketua IPSI Babel belum mengabulkan dan sudah minta kepada KONI bahwa pengunduran yang bersangkutan disetujui setelah MusProp IPSI.
Keempat, Tuduhan merampas surat dukungan dari pemegang mandat dari IPSI Beltim ini adalah tidak benar karena pemegang mandat dari Beltim sengaja menyembunyikan surat dukungan dari pengkab IPSI Beltim yang telah di tanda tangani diatas meterai untuk saya dan Naziarto padahal saya sudah mendapat wa dari ketua IPSI Beltim supaya mengambil surat dukungan dari Beltim ke Ella Purwanti yang kebetulan satu perguruan dengan Syarli sehingga ada upaya yang bersangkutan untuk tidak menyampaikan amanah tersebut kepada saya sehingga ketika saya lihat dibalik tumpukan surat dukungan yang belum di tanda tangani atas nama saya Naziarto dan Syarli ternyata ada surat dukungan dari IPSI Beltim yang sudah di tanda tangani oleh ketua dan ses IPSI Beltim dan berstempel.Saya menduga ada upaya menyimpan surat dukungan saya agar keabsahan dukungan dari Beltim tidak diragukan karena tidak ada pembanding surat dukungan.
Surat dukungan dari IPSI Beltim terhadap Syarli Nopriansyah tanda tangan Ses IPSI Beltim beda dengan tanda tangan Ses IPSI Beltim thd sangat beda dan saya klarifikasi via telp setelah saya kirim.via wa Ses IPSI Beltim nyatakan itu bukan tanda tangan yang bersangkutan alias diduga palsu.
Disamping itu ada tanda tangan Ses perguruan provinsi yang saya diduga palsu, maka saya akan masukan bukti tambahan ke penyidik polresta dua surat dukungan terhadap Syarli diduga dengan tanda tangan sekretaris yang dipalsukan.
Kelima, saya menduga Syarli pasti tau adanya surat dukungan dengan tanda tangan palsu karena surat dukungan dari IPSI Basel dibuat di sungailiat makanya dalam surat dukungan IPSI Basel tertulis sungailiat, 10 desember 2020 dengan tanda tangan ketua IPSI Basel yang diduga palsu , ini bukti yang tidak terbantahkan.
Keenam, Menurut saya Syarli Nopriansyah tidak layak jadi ketua ipsi babe l karena jauh dari karakter pesilat yang selalu menjunjung tinggi kejujuran, satria dan sportif dalam setiap kompetisi.
Ketujuh, Syarli Nopriansyah sebagai pesilat harus berjiwa satria dengan meminta maaf telah berbuat khilaf, maaf dan saya telah berupaya menyelesaikan masalah dugaan pemalsuan tanda tangan surat dukungan ini secara tertutup tapi tidak ditanggapi Syarli Nopriansyah dengan menganggap MusProp sudah selesai dan tidak ada kaitan masalah MusProp dengan pidana.
Kedelapan, Syarli Nopriansyah harusnya belajar dari pegadaian, menyelesai masalah tanpa masalah, daripada minta bantuan pejabat yang mengutus utusan kerumah saya bahkan minta bantuan kawan saya di jakarta agar tidak mempermasalahkan terpilihnya Syarli Nopriansyah serta tidak melaporkan dugaan pemalsuan tanda tangan dalam surat dukungan sebagai calon ketua IPSI dari IPSI Basel
.
Kesembilan, Melaporkan masalah dugaan pemalsuan tanda tangan dalam surat dukungan ini ke ranah hukum sebagai bentuk pembelajaran dan memberikan efek jera kepada siapa pun pelaku khususnya membangun budaya malu dikalangan insan pesilat bahwa memalsukan tanda
tangan itu perbuatan yang memalukan dan tidak bermartabat serta bukan karakter pesilat berjiwa satria jika berbuat salah mengaku secara terhormat bukan mencari kambing hitam.
Kesepuluh, banyaknya insan pesilat yang mendukung dan menganggap masalah pemalsuan tanda tangan adalah hal biasa membuat saya sedih karena menunjukan ada sebagian insan pesilat di babel sudah kehilangan arah dalam menilai baik buruk suatu perbuatan, hanya orang yang kurang cerdas yang tetap mendukung oranh bebuat salah.
Pewarta : Tim
Editor : Ahmad Bustani
Komentar