Surut di Awal Pandemi, Omzet Kerajinan Sulaman di Ampek Angkek Agam Mulai Membaik

Berita. Sidikkasus.co.id.

Agam Sumbar – Salah seorang pelaku UMKM kerajinan sulaman tangan asal Kapalo Koto Jorong Balai Gurah Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Yulia Fatma mengatakan bahwa omzetnya mulai membaik sejak Agustus 2020.

“Alhamdulillah, penjualan sudah berangsur membaik ada sekitar Rp5 jutaan-lah sebulan,” ujarnya kepada media

Ia menuturkan, sebelum corona penjualannya mencapai sekitar Rp20 juta per bulan.

Penurunan omzet mulai dirasakannya sejak awal-awal kemunculan Covid-19 atau bulan Maret-April dan sempat nihil penjualan selama tiga bulan (Mei sampai Juli).

“Bulan Mei, Juni dan Juli sempat tidak ada orang yang membeli. Tapi, saat itu kita selingi juga membuat masker kain. Penjualannya lumayan tapi kurang mencukupi,” jelasnya dengan tidak menyebutkan angka omzetnya.

Kondisi saat ini, terang Fatma, secara perlahan penjualan sudah mulai banyak pemesan, meski belum seperti sebelum pandemi.

“Sudah mulai banyak yang datang, meski belum seperti sebelum pandemi. Tapi mendinganlah daripada nggak ada pembeli sama sekali,” ujarnya.

Kepada media, selama pandemi, ibu tiga anak itu menceritakan pengalamannya saat mencoba menjual usaha kerajinan sulamannya melalui daring atau online.

Ia sudah mencoba menjajakan melalui aplikasi WA, instagram, dan facebook. Namun, tidak ada satu orang-pun yang memesan.

Setelah diamatinya, bahwa konsumen kurang tertarik atau kurang percaya dengan produk seperti sulaman tangan dijual secara online atau melalui tampilan foto yang dikirim.

“Mereka kurang puas dengan hasil gambar yang dikirim. Karena, seperti baju atau selendang sulaman kepuasan kita itu memang harus dilihat langsung,” ujar salah seorang anggota Rumah Sulam Kabupaten Agam itu.

Pasalnya, jika melihat langsung, jelas Fatma, konsumen dapat merasakan bahan dan kondisi rill dari jahitan yang dibikinnya.

“Yang diragukan konsumen, mana tahu jahitannya ada yang cacat,” tuturnya.

Sebelum itu, dirinya juga pernah mengikuti pameran secara virtual yang diadakan oleh Bank Indonesia, ISEF (Islam Economic Festival), namun tidak ada perubahan terhadap penjualannya.

Begitu juga, terang Fatma, produknya yang dipajang di Rumah Sulam Kabupaten Agam, Belakang Balok Bukittinggi selama Covid-19 tidak ada penjualan.

“Padahal di sana (rumah sulam), bisa dikatakan showroomnya sulaman tangan terbaik di Agam,” jelasnya.

Sehingga, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk tetap membuka usaha di rumahnya seperti biasa.

“Biarlah di rumah saja. Semoga corona ini cepat berlalu dan ekonomi masyarakat segera pulih kembali,” harapnya. (Anto)

Komentar