Berita sidikkasus.co.id
SUMSEL – Pemerintah Republik Indonesia melakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) berupaya untuk meningkatkan produksi beras nasional.
Sinergitas antara Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Pusat terus melakukan transformasi melalui teknologi pertanian.
Orang nomor satu di Provinsi Sumatera Selatan H. Herman Deru optimistis Sumatera Selatan bisa menjadi daerah penjangga pangan nasional.
“Kami terdiri daerah 17 Kabupaten Kota dan hampir semuanya menghasilkan beras tapi dengan potensi berbeda,” ujar Deru, Kamis (25/6).
Saat ini Sumatera Selatan mengalami surplus beras sebanyak 700 ribu ton dan berada pada posisi lima penghasil beras nasional.
Posisi ini meningkat dari sebelumnya yakni posisi delapan. Hal tersebut terus memacu pemerintah daerah untuk terus mengedepankan potensi alam, sumber daya manusia (SDM) termasuk infrastruktur dan teknologi.
“Kami fokus dengan potensi yang kami miliki seperti manusia dan alamnya. Lahan tersedia namun butuh sentuhan pemerintah seperti pupuk yang tepat sasaran, irigasi, infrastruktur juga wajib disediakan pemerintah sehingga petani jadi lebih tergugah,” terangnya.
Meski mengalami surplus namun daerahnya sempat mengalami kesulitan karena terkena dampak dari pandemi virus korona. Selain itu juga daerahnya siaga hadapi kemarau panjang dan karhutla.
“Untuk alam paska juni akan mengalami kemarau panjang. Jadi sekarang siaga pangan dan karhutla. Kami optimis ke depan sumsel bisa pengekspor beras,” tegasnya.
Terpisah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, ketahanan pangan harus diciptakan dengan berbagai inovasi dan sinergi dari pemerintah daerah dan pusat.
“Masalah pertanian itu masalah lapangan. Kita harus mampu melakukan kombinasi dan kerja sama sinergi antar pemerintah pusat dan daerah.
Kami yakin lahan eksistensi teknikal, ketersediaan dan garapan juga budidayanya yang baik bisa diwujudkan,” tegasnya.
Syahrul pun sepakat dengan H Herman Deru terkait inovasi dan teknologi pertanian yang harus terus dilakukan khususnya terkait soal riset bibit berkualitas.
“Riset bibit yang berkualis itu penting. Kedua mekanisasi seperti teraktor yang bisa digunakan dengan pola moderen.
Ketiga pecintraan satelit. Interaksi, mederenisasi dan teknologi itu penting untuk diwujudkan,” tuturnya.
Sementara itu terkait ketersediaan pangan tahun ini menurut Syahrul data menujukan Indonesia sangat aman dan kondusif.
(Tim)
Komentar