Berita sidikkasus.co.id
BANDA ACEH – Seperti diketahui bahwa Aceh telah diterjang gelombang tsunami pada enam belas tahun yang lalu dan Kota Serambi Mekkah itu porak-poranda serta banyak orang meninggal seketika. Dalam waktu itu juga, hampir segala hal di Aceh menjadi lumpuh total dan banyak yang mengharapkan bantuan untu korban yang masih bertahan.
Setelah enam belas tahun berlalu, ternyata ada yang lebih berbahaya daripada tsunami Aceh yang terjadi pada tahun 2004 silam. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh mahasiswa Aceh, Sulthan Alfaraby, saat berdiskusi dalam kegiatan Pemuda Aceh Kreatif: Refleksi 16 Tahun Tsunami Aceh yang diselenggarakan di Kota Banda Aceh.
“Saya katakan kemarin saat berdiskusi, bahwa sekarang ada yang lebih berbahaya daripada tsunami Aceh yang terjadi waktu silam, yaitu kecanduan game smartphone berbau judi. Sekarang coba kita cek di warung-warung kopi, saya menemukan banyak generasi muda yang bermain game berbau judi dan yang paling disayangkan itu mereka berasal dari generasi muda. Itulah ‘tsunami’ judi yang sedang menghancurkan kita”, ujar Sulthan Alfaraby, Selasa (29/12/2020).
Inisiator Pemuda Aceh Kreatif tersebut juga menambahkan bahwa bahaya ‘tsunami’ judi tersebut lebih parah dibandingkan tsunami Aceh sebelumnya.
“Jika tsunami beberapa waktu lalu hanya sekali terjang dan menelan korban dalam satu waktu, namun berbeda dengan ‘tsunami’ judi yang satu ini, korbannya berkelanjutan dan bahkan ada yang rumah tangga rusak gara-gara permainan ini. Kasihan anak-anak ditelantarkan hanya gara-gara hal tersebut. Itu baru contoh kecil, kelalaian akibat bermain hal tersebut tentu akan merusak mental dan moral generasi kita. Bayangkan, jika mental kita kini sudah dirusak akibat judi, maka yakinlah generasi Aceh selanjutnya juga akan ikut rusak”, tambahnya.
Sulthan Alfaraby mengajak kepada seluruh masyarakat dan elemen pemerintahan di Aceh untuk mengawasi dan tegas dalam memantau generasi muda agar tidak ikut tenggelam dalam gelombang ‘tsunami’ judi tersebut.
“Tenggelamnya generasi muda hari ini juga merupakan faktor kelalaian kita semua. Oleh sebab itu, sebelum semuanya terlambat, saya yang juga prihatin mengajak kepada seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk sama-sama kita mengatasi hal ini. Kita selaku pemuda juga berupaya membidik warung kopi dengan mengadakan kegiatan kreatif dan produktif, dalam hal ini dituangkan dalam Pemuda Aceh Kreatif. Yakin dan percaya, kita bisa mencegah, karena mencegah lebih baik dari mengobati, sebelum terlambat”, tegasnya.
Publikasi : Redaksi sidikkasus
Komentar