Berita,sidikkasus.co.id
SUMSEL – Kurangnya kersediaan buku dari sekolah, membuat semua siswa di Kecamatan Rambutan (Banyuasin 2) Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), tidak memiliki buku pelajaran.
Setiap siswa seharusnya bisa mendapatkan buku semua mata pelajaran disekolah, tapi kenyataannya hanya mendapatkan beberapa buku mata pelajaran.
Saat isu wabah virus corona (Covid-19) merebak, siswa diminta untuk mengikuti proses belajar secara daring dari rumah, situasinya justru membuat para orang tua siswa terlihat bingung.
Betapa tidak, untuk menyelesaikan tugas dari guru semua siswa diketahui banyak yang tidak memiliki buku pegangan.
“Bagaimana anak saya mau menjawab tugas yang diberikan oleh guru, buku saja harus minjam dulu sama teman sebangku, karena anak saya tidak mendapatkan buku begitu juga dengan temannya karena buku yang diberikan oleh pihak sekolah tidak untuk satu anak satu buku,” ujar Yn, salah seorang wali murid Sekolah Dasar Negeri di Desa Tanjung Merbo Kecamatan Rambutan (Banyuasin 2).
Ia mengatakan, tidak semua buku mata pelajaran di dapatkan anaknya, hanya beberapa buku saja.
“Saya berharap untuk tahun ajaran baru semua sekolah di Kecamatan Rambutan (Banyuasin 2) dapat memberikan buku pelajaran secara merata agar seluruh bidang studi bisa terpenuhi sehingga kami para orang tua tidak kebingungan,” jelasnya.
Terkait soal banyaknya keluhan dari wali murid akibat tidak diberikan buku oleh pihak sekolah, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Forum Keadilan Rakyat Indonesia, Adenia, angkat bicara.
Menurut Adenia, tidak seharusnya siswa tidak mendapatkan buku, sebab dalam aturan dana bos satu anak satu buku.
“Jadi setiap mata pelajaran untuk setiap anak harus mendapatkan buku,” ungkapnya.
“Semua sekolah di Kecamatan Rambutan (Banyuasin 2) harus menganggarkan dan Bos untuk semua buku pelajaran untuk setiap siswa, karena itu hak siswa, Jika buku itu hilang atau rusak Wali murid murid tidak wajib untuk mengantinya,” ungkapnya.
Masih kata Adenia, tidak seharusnya siswa secara bergantian dengan buku mapel yang diberikan, pihaknya tidak akan membiarkan hal ini terjadi ditengah dunia pendidikan dan ini harus kita benahi.
“Orang tua jangan dibebani untuk biaya motocopy buku, apalagi di masa Covid-19 ini yang mana perekonomian ikut berimbas. Jika wabah Covid-19 ini berakhir, maka pihak sekolah wajib memberikan satu anak satu buku, agar supaya pendidikan ini lebih baik lagi,” tegasnya.
(Adeni Andriadi)
Komentar