Berita sidikkasus.co.id
Kampar – Terkait insiden pemukulan beberapa oknum santri terhadap F santri Pondok Pesantren Al – Utsaimin dan dilakukan mediasi antara korban dan pelaku yang dilaksanakan di Pondok Pesantren beralamat di jalan Tuanku Tambusai Desa Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang Kota. Namun Mediasi berakhir ricuh diduga disebabkan oleh pihak Pondok Pesantren itu sendiri yang berusaha menyerang wartawan Media Nasional ketika mendampingi orang tua korban saat Mediasi.
Pasalnya, kejadian tersebut berawal ketika wartawan Media Nasional mendampingi pihak keluarga korban untuk melakukan mediasi di ruang guru, sebelum dilakukan mediasi. Tampak Kepala Sekolah sedang membuat surat perjanjian perdamaian, usai Kepala Sekolah membuat surat perjanjian tersebut, lalu wartawan Media Nasional menyampaikan kepada pihak Kepala Sekolah beserta para guru, pelaku pengeroyokan tersebut ada 3 orang. Kenapa hanya 2 orang saja yang dihadirkan.
Namun secara spontan Ustadz Alisman selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al – Utsaimin bersama Kepala Sekolah dan beberapa orang guru dengan nada emosi menyerang wartawan Media Nasional hingga akhirnya ada seorang guru yang melerainya. Senin, (14/09/20).
Sementara itu, Robinson Tambunan selaku Kepala Perwakilan Media Nasional Provinsi Riau sangat menyayangkan sikap arogan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al – Utsaimin tersebut. Pantaskah seorang Ketua Yayasan dan Kepala Sekolah serta para guru di tempat pendidikan agama khususnya sikapnya seperti itu dalam menyelesaikan masalah, apalagi mereka itu memiliki gelar Ustadz.
Selanjutnya dikatakan Robinson Tambunan, masalah arogansi ini sudah disampaikan kepada Kapolsek Bangkinang Kota, Iptu Era Maifo. Lalu Kapolsek Bangkinang Kota langsung menyikapi hal ini, dan memerintahkan Bhabinkamtibmas Desa Ridan Permai mendatangi Pondok Pesantren Al – Utsaimin untuk mencari tahu apa yang terjadi. Sedangkan dalam tugasnya, Pers dilindungi undang – undang. Dalam hal ini Media bertindak mendampingi keluarga korban agar tidak terjadi hal yang sama.
“Saya mengutuk keras Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al – Utsaimin bersama Kepala Sekolah dan beberapa orang guru yang menghadang saya tadi. Semoga para orang tua Santri mengawasi anak – anaknya, walaupun tinggal di pondok Pesantren apakah ajarannya sudah sesuai dengan ajaran agama?
Apakah guru-guru disana sudah mencerminkan tindakan yang dapat diteladani? Kalau begini siapa yang patut disalahkan? Santri terlibat pengeroyokan sedangkan gurunya sendiri bersikap arogan. Jangan – jangan dalam mendidik santri di Pondok Pesantren tersebut sudah terbiasa menggunakan cara – cara yang tidak sepantasnya, seperti kekerasan. Karena contohnya anak kerabat saya yang sudah saya anggap abang, seminggu yang lalu dianiaya oleh kakak kelasnya,” beber Robinson.
Lebih lanjutnya Robinson berharap kepada pimpinan tertinggi Yayasan Pondok Pesantren Al-Utsaimin, agar dapat menindak Ketua Yayasan bersama Kepala Sekolah dan para guru arogan tersebut, jangan sampai perbuatan seperti itu diikuti oleh anak didik di Pondok Pesantren.
“Saya tidak terima atas perbuatan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al – Utsaimin bersama Kepala Sekolah dan para guru – guru yang menyerang saya. Bila perlu masalah ini saya laporkan kepada pihak yang berwajib, sebab ini perbuatan yang tidak menyenangkan. Saya tidak terima atas perlakuan mereka kepada saya,” tegas Robinson Tambunan.
Yang lebih mengejutkan, dengan bangganya Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al Utsaimin mengatakan, bahwa kasus pemukulan santri di Pondok Pesantren tersebut sudah sering terjadi, bukan baru kali ini saja. Dengan demikian diharapkan para orang tua yang ingin menyekolahkan putra – putrinya di Pondok Pesantren agar lebih bijak dan teliti memilih Yayasan.
Karena guru dan pengajar lah yang akan mendidik putra putri kita, dengan harapan setelah lulus dari Pondok Pesantren jadi orang yang Soleh dan berakhlak baik dan dapat mengamalkan ilmu agamanya di lingkungan sekitar,” tutup Robinson Tambunan. (Rls/Rizki)
Komentar