Sejarah NKRI, Tugas dan Tujuan Dibalik Peta

Berita sidikkasus.co.id

Dimasa Kependudukan Jepang pada 1942 hingga 1945. Sebuah organisasi Peta pernah dibentuk. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk membantu Jepang guna menghadapi perang Asia Timur Raya.

Peta sangat memiliki peran penting terkait soal kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan, cikal bakal dibentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI) berawal dari Peta.

Sejarah:

Pada tahun 1943, Pemerintah Jepang membentuk Peta dengan tujuan untuk menghadapi serangan blok sekutu pada perang Asia Timur Raya.

Para pemimpin Islam dan Nasionalis pun dimintai bantuan untuk menghadapi perang tersebut.

Seseorang Pemimpin Nasionalis asal Indonesia bernama R Gatot Mangkupraja adalah orang yang menginisiasi dibentuknya Peta.

Berdasarkan catatan Encyclopaedia Britannica {2015}, Peta dibentuk pasca Pemerintah Jepang mengeluarkan Osamu Seirei (Peraturan).

Ada banyak pemuda dan pelajar Indonesia ikut bergabung untuk menjadi tentara secara sukarela pada awal Peta dibentuk.

Berbagai latihan fisik mereka dapatkan dari tentara Jepang. Semangat dan tujuan mereka cuma satu, yakni, untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Organisasi Peta tidak dimiliki oleh organisasi mana pun. Peta dipimpin langsung oleh Panglima Tentara Jepang. Peta dibentuk sebagai tentara teritorial yang mempunyai kewajiban mempertahankan wilayah.

Tidak cuma mendapat latihan secara fisik. Anggota Peta juga diajarkan oleh Jepang untuk mencintai tanah air dan membangkitkan sikap patriotisme.

Secara tegas, Pemerintah Jepang mengatakan kepada semua anggota Peta. Pelatihan itu diberikan dengan maksud dan tujuan untuk melindungi bangsa Indonesia.

Dipulau Jawa, ada sekitar 66 batalyon dibentuk. Di Pulau Bali ada tiga batalion. Sekitar 20.000 personel ditugaskan dipulau Sumatera untuk mengamankan daerah. Dan Jawa Barat (Jabar) adalah markasnya. Lokasinya di Bogor.

Pemerintah Jepang membagi beberapa Tingkatan Pasukan didalam Peta.

Pasukan tertinggi Peta adalah Batalion Daidanco. Dan
Cudanco merupakan sebagai pemimpin kompi.

Prajurit Shodanco adalah prajurit berasal dari masyarakat dengan latar belakang pendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Semua Anggota Budanco pernah mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD).
Sementara Giyuhei adalah kelompok anggota Peta dan sama sekali belum pernah sekolah.

Rencana Merdeka

Sebagian besar anggota Peta yang banyak mendapatkan pelatihan merencanakan dan mempersiapkan sebuah kemerdekaan.

Ada banyak tokoh Indonesia dan mereka diketahui lulusan Peta. Jenderal Besar Soedirman, Soeharto, Ahmad Yani, hingga Supriyadi.

Tokoh-tokoh besar Indonesia mulai dari Soekarno, Hatta dan lainnya sudah memiliki rencana dan berencana untuk memerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah.

Ada banyak masyarakat Indonesia yang mereka gerakkan. Tapi dimasa kependudukan Belanda, untuk dapat izin mendirikan organisasi sangat sulit.

Beberapa tokoh menginisiasi dibentuknya organisasi pemuda dimasa kependudukan Jepang. Banyak pemuda Indonesia memperoleh rasa intergritas kelompok melalui keanggotaan dari beberapa organisasi dibentuk Jepang kala itu.

Tahun 1944, pada bulan Maret, Pemerintah Jepang mulai sadar jika organisasi Peta lebih melayani kepentingan Indonesia dari pada Pemerintah Jepang. Sebuah pemberontakan terjadi di Blitar pada 14 Februari 1945 dipimpin Supriyadi.

Pasca Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, tentara kekaisaran Jepang memerintahkan pembubaran Peta.

Pembubaran organisasi Peta terjadi pasca Panglima Tentara ke-16 di Jawa, Jenderal Nagano Yuichito, mengucapkan salam perpisahan kepada anggota kesatuan Jepang.

Meski dinyatakan bubar, tentara Peta diketahui membantu dalam peperangan kemerdekaan ketika Belanda mencoba kembali untuk menguasai Indonesia.

Disaat Pemerintah Indonesia membentuk sebuah badan resmi untuk menjaga kedaulatan negara, semua anggota Peta diajak bergabung.

Harian Kompas edisi 14 Agustus 1970 memberitakan, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Semua tentara Peta dikumpulkan kembali untuk diajak bergabung.

Bekas tentara Heiho, Kaigun, dan Kompeiho, semua dipanggil oleh Pemerintah. Dari BKR lalu menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), berubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI), dan akhirya pada tahun 1947 dirubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Tim Kreatif Kantor Berita Sidik Kasus Sumatera Selatan

Komentar