Sedekah Bumi dan Do’a lintas Agama Sewu takir dan Sholat Istisqo

BANYUWANGI – JKN. Warga dusun Dam buntung Desa Kedung Asri Kecamatan Tegaldlimo menggelar ritual Baritan Takir Sewu. Acara ini bertujuan untuk meminta hujan karena dilanda kemarau panjang.Jum’at ( 8/11/2019 ).

Dalam kegiatan ini juga digelar doa lintas agama, upacara adat umat Hindu dan Salat Istisqo.

Acara tersebut dihadiri oleh forpimka Kecamatan Drs Sigit harijanto, diwakili sekcam H. Bisri danramil kapten inf Ali muhaidori, kapolsek AKP Priyono SH.MH, tokoh agama islam,tokoh agama Hindu ,Pemuda Garuda, PJ Kades beserta stafnya, kepala desa terpilih serta masyarakat setempat.

Acara ritual dan doa lintas agama yang digelar di area persawahan ini, sekaligus sebagai sarana mempererat kerukunan antar sesama petani, sembari menunggu masa musim tanam atau datangnya musim penghujan.

Sekcam tegaldlimo H Bisri SH. Menyampaikan dalam rangka tasyakuran takir sewu yang diselenggarakan oleh masyarakat kedung asri

Kegiatan ini sangat luar biasa karena laksana oleh pemuda garuda sebagai contoh dikabupaten banyuwangi karna didesa kedung Asri antar umat beragama sangat rukun dan saling membantu maka dari itu kegiatan ini sebagai bentuk syukur kepada tuhan yang maha esa

Sehingga dengan hasil bumi yang kita arak keliling desa ini dapat melimpah ruah agar masyarakat kedung asri agar makmur dan sejahtera.

arak-arakan atau Ider Bumi dengan membawa hasil pertanian beberapa sesaji dan gunungan yang berisi beberpa buah dan sayur diarak keliling kampung. Ungkapnya.

Ratusan petani Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, ini kemudian berkumpul di tengah persawahan. Mereka membawa membawa nasi tumpeng atau takir, yang nantinya akan disantap bersama.

Sementara itu Ketua panitia Regga engger ketika ditemui media JKN mengatakan dalam rangka kegiatan takir Sewu serta do’a bersama antar umat Hindu dan Islam untuk meminta hujan dikarenakan musim kemarau panjang sehingga tanaman tidak bisa teraliri Air dan kering

Sebelum acara takir Sewu acara tersebut didahului oleh Sholat Istisqo dulu selanjutnya acara selamatan dan doa bersama pemuda Garuda untuk mengarak hasil bumi untuk dibawa keareal persawahan untu meminta hujan agar para petani diberi keberkahan

Hasil bumi yang dibawa keliling mulai start dari balai dusun sampai areal persawahan untuk harapan kedepan semoga lebih besar dan bisa diagendakan tiap tahunya.

Kita sengaja mengajak seluruh elemen. Tidak hanya umat Islam, tapi kita juga ajak warga Hindu. Karena warga sudah biasa melakukan secara bersama. Meski kita berbeda tapi tujuan kita sama. Tidak ada perpecahan,

Lanjut Erga, Dari sejarah GARUDA itulah, paguyuban dan Perkumpulan anak muda – mudi Desa Kedungasri berbagai agama kumpul jadi satu untuk mengelar ritual ini, arak-arakan yang di mulai dari makam Desa Kedungasri mengelilingi Desa dan berakhir diareal persawahan Desa setempat. Dalam arak-arakan tumpeng dan takir tersebut juga diiringi hadrah Sholawatan, ganjur dan dramben,”
Jlentrehnya.

(IKHSAN/YATI)

Komentar