Ketgam. Pendeta Kuri Arumisore S.Si, pendeta di GKI Injili di Tanah Papua Klasis Teluk Bintuni Jemaat Bethel Idoor
Berita Sidikkasus.co.id
BINTUNI – Selama pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke -111 di Kampung Idoor Distrik Wamesa bila malam Kondisinya gelap gulita tanpa penerangan listrik, membuat para tokoh di kampung tersebut merasa bersalah.
Kondisi memprihatinkan yang membuat tidak nyaman itu, semakin lengkap ketika pelaksana tugas Kepala Kampung Idoor dan Kepala Distrik Wamesa yang berkantor di Idoor, tidak pernah ada di tempat untuk diajak berkoordinasi mencari solusi.
Padahal kalau kedua pejabat di tingkat kampung dan distrik itu ada di tempat, setidaknya bisa diajak berkomunikasi mencari jalan keluar atas persoalan yang terjadi di kampung. Fakta ini diungkapkan Pendeta Kuri Arumisore S.Si, pendeta di GKI Injili di Tanah Papua Klasis Teluk Bintuni Jemaat Bethel Idoor, baru-baru ini.
“Kami mohon maaf kepada pihak TNI dan beberapa pejabat yang datang di kampung ini, atas kendala yang membuat rasa tidak nyaman, seperti tidak adanya listrik. Terus terang saya selaku pimpinan jemaat di sini juga merasa tidak nyaman. Tapi kami mau mengeluh kepada siapa, karena pelaksana tugas kepala kampung di Idoor tidak ada di tempat tugas, demikian pula ibu Kepala Distrik, tidak pernah ada di tempat tugas,” Pendeta Kuri Arumisore S.Si.
Kondisi itu menjadi tantangan buat dirinya selaku pimpinan jemaat di Idoor, selama pelaksanaan pembangunan yang dilakukan satgas TMMD ke-111. Padahal, kehadiran prajurit TNI AD ini dalam rangka membangun sarana dan prasana demi kemajuan Kampung Idoor yang menjadi ibu kota Distrik Wamesa.
“Menurut saya, kalau mereka ada, segala hal yang mungkin perlu dikoordinasikan dengan TNI, pasti akan berjalan lancar. Saya selaku pimpinan gereja berharap perlunya Ibu Distrik dan pelaksana kampung Idoor harus ada di tempat supaya bisa berkomunikasi untuk kemajuan kampung ini,” tandas Pendeta Kuri.
“Sekali lagi kepada rekan-rekan TNI, baik yang ada di pusat, di provinsi, khususnya kepada Pak Dandim dan seluruh anggota yang terlibat dalam Satgas TMMD yang ada di Idoor, kami mohon maaf atas ketidak nyamanan ini,” tambahnya.
Kabel jaringan listrik yang terhubung ke rumah-rumah penduduk, sejatinya sudah terpasang. Namun menurut pengakuan sejumlah warga, listrik penerangan di kampung ini baru menyala ketika kepala distrik dan pelaksana tugas kepala kampung ada di tempat.
“Kalau mereka tidak ada di tempat, genset itu juga tidak nyala,” kata Yoel Idorway, Ketua RT 02 Kampung Idoor.
Keterangan ini juga diakui Imelda Kawab, tokoh perempuan di Kampung Idoor. Menurutnya, tidak adanya dua aparat di kampung itu membuat penduduk seperti menikmati sendiri kesengsaraan hidupnya.
“Mereka seperti menikmati hujan emas di negeri orang, sementara kami yang merasakan hujan batu di negeri sendiri,” tukas Imelda Kawab.
Satgas TMMD ke-111 sendiri selama melaksananan kegiatan di Kampung Idoor, membawa mesin genset sendiri dari Bintuni. Selain sebagai penerangan di Posko, genset ini juga difungsikan untuk melakukan pekerjaan pembangunan 8 unit rumah type 36 untuk penduduk Idoor. (Ser)
Komentar