Berita Sidikkasus,co.id
BANYUWANGI, Jatim. – Ruang terbuka hijau (RTH) bukan lagi hal yang asing bagi masyarakat. Sebab, hampir dapat dijumpai di setiap Desa/Kecamatan . Hal ini menunjukkan bahwa pemkab sadar akan pentingnya keberadaan RTH sebagai salah satu faktor kelayakan suatu wilayah.
Ruang terbuka hijau tentu identik dengan banyaknya tanaman yang tumbuh di area tersebut, baik pepohonan ataupun tumbuhan-tumbuhan kecil yang sedari awal untuk fungsi ekologi. Akan tetapi, hal tersebut tidak tampak pada RTH yang ada di Desa Gladag Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi, Jum,at 10/11/2023.
Menurut salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya bahwasanya,upaya Pemdes Gladag untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat memang patut diapresiasi. Akan tetapi, ruang terbuka hijau di Desa Gladag sama sekali tak hijau. “Jangankan RTH, disebut taman saja tidak pantas,” jelasnya.
Menurutnya, jumlah pepohonan hanya bisa dihitung jari, tumbuhan-tumbuhan kecil tidak terawat, serta adanya infrastruktur yang justru menjadi point of interest dari RTH tersebut tidak nampak. Hal ini membuat RTH yang berada di Desa Gladag seakan krisis identitas dan salah konsep. Fungsi sekunder dari ruang terbuka hijau justru menjadi hal yang paling menonjol. Padahal, fungsi primernya saja masih belum tercapai sedari awal apalagi dengan minimya perawatan.
Beliau mencontohkan RTH yang berlokasi di Desa Gladag. RTH tersebut sangat jauh dari standar ruang terbuka hijau yang seharusnya dibangun demi kepentingan ekologi wilayah. Walau banyak ditumbuhi rerumputan dan tidak begitu gersang, tetapi jumlah pohon yang berada di RTH Gladag sangatlah minim.
Pohon-pohon yang ditanam sangat minim yang tentu saja membuat RTH Desa Gladag tak sanggup menjalankan fungsi ekologinya dengan baik. “Lokasi tersebut belum pantas untuk disebut ruang terbuka hijau,” imbuhnya.
Dibandingkan ruang terbuka hijau, lokasi tersebut lebih layak disebut lapangan. Sedari awal pembangunannya, RTH Desa Gladag memang tak pernah mendapat perhatian lebih dari Pemdes Gladag. Hal ini berbanding terbalik dengan RTH di Desa lainya yang sempat menjadi primadona di masyarakat dan ramai dikunjungi pada masa awal RTH tersebut berdiri,” pungkasnya.
Pewarta ( Heri ).
Komentar