Robil, Jangan Cemari Laut Kita

SUKABUMI – JKN. Perkembangan jaman semakin terus melaju cepat. Dunia informasi semakin terus berinovasi, Abad yang disebut Jaman Now dan Era Milenial ini, Semakin ketat persaingan dalam segala bidang. Tingkat kepedulian sudah hampir tergerus dan etos kerja semakin merosot. Kemandirian semakin menurun, semangat juang terlena dengan kemudahan berbagai aplikasi. Nilai-nilai produktifitas cendrung menghilang. Tingkat konsumtif semakin melonjak tinggi.

Namun Hal ini tidak berpengaruh terhadap Sosok Robil seorang pedagang ikan keliling. Pria warga Cikakak yang memilih untuk mandiri dan berusaha dengan segala potensi yang ada.

Menurutnya, Hidup mandiri dan punya kemauan serta kerja keras itu sudah di ajarkan sama Alm Ayahnya. Kuncinya satu yang penting sabar dan halal.

“Kenapa mesti sabar? Ya kalau emosian kita akan jau lebih bodoh kelihatannya. ‘Orok berem oge totojermah bisaeun’ (bayi baru lahir aja gerakan seperti nendang-nendang dia bisa). Kebodohan yang paling bodoh adalah ketika hidup dikuasai emosi.

Kenapa mesti halal? Halal adalah rejeki yang baik dan benar serta sehat menurut ajaran Islam. Kalau tidak baik dan tidak benar? Gimana mau sehat?

Jadi tetap faktor itu harus dijaga. Biar sehat hati, sehat jiwa raga ini. Mudah-mudahan saya bisa tetap istiqomah. Aamiin.

Saya sudah pernah merantau lintas pulau. Dan kerja diberbagai pekerjaan. Dari mulai dagang hingga maen di proyek perumahan, itu pengalaman dan perjalanan hidup.

Sekarang saya menjalani usaha jual ikan keliling. Setelah Shalat Subuh saya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk belanja ikan. Terus saya keliling pake motor jualan ikan ini. Alhamdulillah saya merasa bersykur sekali. Karena ternyata, saya tidak pernah nanam ikan di laut. Tapi, tiap hari saya bisa jualan ikan laut. Itulah Allah memberikan rejeki sama hamba-hamba-NYA. Yang penting kita mau usaha dan ihktiar.

Pelajaran itu saya dapat. Ketika jualan ikan. Tiap hari saya lihat langsung ikan segitu banyak di dermaga atau TPI tiap hari. Dari yang kecil hingga yang besar ada.

Siapa yang nanam? Siapa yang ngasih makan? Siapa yang memelihara? Dan ga pernah habis-habis tiap hari ikan itu ditangkap. SUBHANALLAH. Semua atas kuasa Allah Subhanu Wa Ta’ala.

Kita tinggal mensyukuri nikmat-nikamat-NYA. Jangan pernah ngerusak alam ini, jangan pernah mencemari laut kita. Ini yang harus kita jaga. Laut, udara, darat. Itu banyak sekali rizki tak terhitung yang telah Allah siapkan buat kita. Aamiin.

Intinya jangan suka merusak alam. Termasuk laut. Jadi kita tidak boleh buang sampah ke sungai, jangan merusak terumbu karang, pokonya jangan sampai laut kita tercemar. Kalau sudah rusak dan tercemar yang rugi kita semua.

Merusak laut sama dengan merusak kita
Mencemari laut sama dengan kita makan racun
Mari kita tumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan kita Masing-masing”. Jelasnya. Pada Media ini Sabtu 02/November, 2019.

Baginya. Perkembangan jaman yang cepat model gini. Kalau kita ga kreatif dan inovatif serta mau bekerja keras dan produktif untuk terus berusaha. Kita pasti sudah tertindas. Bukan tertindas penjajah tapi tertindas oleh rasa malas dan gengsi. Baginya gengsi itu nomor sekian. Yang penting kita berkarya dan berusaha serta Halal dan tidak melanggar aturan-aturan yang berlaku.

Lanjut Robil. “Saya sudah capek dengan masa-masa nakal dulu. Sekarang saya pokus mengevaluasi atau introspeksi diri dan berusaha terus untuk anak istri. Habis jualan saya istirahat. Terus disambung dengan ngurusin persemaian. Ya lumayan buat nambah-nambah jajan dan itung-itung tabungan.

Jadi selain jualan ikan laut ini. Saya semai/nanam bibit cengkeh. Sebisa mungkin saya gunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat dan menghasilkan. Yang penting kuncinya satu jangan malas dan gengsi.

Semoga anak-anak muda diera milenial ini, punya semangat juang yang tinggi dan terarah. Untuk bisa mendapatkan yang terbaik serta menggapai cita-citanya sebagai generasi penerus bangsa.

Dan satu hal jangan sampai hilang. Budaya dan adat serta tatakrama kita sebagai Bangsa yang berbudaya luhur, Hormati Orang Tua. Peduli terhadap sesama, Hindari Gibah, fitnah dan sejenisnya. Kalau kata Mata Sosial Yuk Peduli Yuk Berbagi”. Pungkasnya. (ur).

Komentar