Berita sidik kasus.co.id
BANGKASELATAN, Aktifitas tambang ilegal kini ‘merajai’ kawasan perairan Suka Damai, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan (Basel). Bahkan aktifitas tambang ilegal di kawasan ini beroperasi diperkirakan hampir lebih dari satu bulan dengan modus beroperasi pada malam hari.
Kondisi ini pun kini dikeluhkan hampir sebagian besar para nelayan di daerah setempat dan sekitarnya, lantaran para nelayan merasa terganggu terhadap aktifitas tambang ilegal dikerjakan secara inkonvensional yakni dengan cara diselam.
Seperti halnya diungkapkan oleh seorang nelayan asal Kampung Padang, Toboali Basel, Dul (79) kepada tim media ini, Rabu (12/1/2022). Dul mengaku selaku nelayan perahu dayung dirinya saat ini hanya bisa ‘pasrah’ dengan kondisi perairan Suka Damai, Toboali kini marak aktifitas penambangan timah ilegal menggunakan sarana ponton atau TI selam termasuk TI jenis Upin-Ipin.
“Terus terang kami selaku nelayan merasa terganggu dengan kondisi perairan Suka Damai saat ini marak aktifitas TI Selam dan TI Upin Ipin. Sebab kami kesulitan mencari ikan karena wilayah tangkap kami sekarang jadi ramai kegiatan tambang,” ungkap Dul, Rabu (12/1/2022).
Diakui Dul, jika ia sendiri mencari ikan dengan memukat, tak hanya di perairan Kampung Padang, Toboali namun ia pun rutin mencari ikan di wilayah perairan Suka Damai, Toboali lantaran letak kampung dua kampung ini berdekatan.
Selama tambang ilegal beroperasi di perairan Suka Damai, Dul mengaku ia bersama para nelayan lainnya sampai saat ini masih terus bersiaga guna menjaga perairan di daerahnya agar tidak dimasuki tambang ilegal.
“Tolonglah kami para nelayan ini pak. Kami sudah lelah dengan semua ini,” keluh Dul.
Padahal menurutnya, aktifitas ratusan ponton TI Selam termasuk TI Upin Ipin diperkirakan mencapai ratusan pula sebelumnya sempat dilaporkan para nelayan kepada pihak kepolisian di daerah setempat, namun aktifitas tambang ilegal di kawasan perairan setempat kini kian menjadi dan marak.
Informasi yang berhasil dihimpun jejaring media ini termasuk sumber lainnya di lapangan menyebutkan jika aktifitas tambang biji timah ilegal di kawasan perairan Suka Damai dan sekitarnya diduga dibekingi oleh oknum aparat.
Oleh karenanya aktifitas tambang inkonvensional selam di perairan setempat terkesan ‘bebas dan tak tersentuh’ oleh aparat penegak hukum lantaran menurut sumber adanya aliran dana segar atau semacam ‘dana koordinasi’ agar aktifitas tambang ilegal di perairan setempat berjalan lancar dan aman.
“Ada aliran dana koordinasi’ yang bersumber dari aktifitas TI selam tersebut dan dana itu infonya diberikan kepada oknum aparat yang membekingi tambang di perarian itu. Nah kalau tidak salah dana itu sebesar Rp 1 juta per ponton dikalikan dengan jumlah ratusan ponton yang beroperasi di perairan itu,” ungkap sumber yang enggan disebutkan identitas dirinya kepada tim media ini, Rabu (12/1/2022) siang.
Lanjut sumber ini, sejumlah uang koordinasi tersebut dikumpulkan oleh oknum warga yang disebut-sebut sebagai koordinator di lapangan dan selanjutnya sejumlah dana tersebut diserahkan kepada oknum aparat.
“Jadi infonya TI itu ngasil atau tidak ketentuanya harus menyetor dana koordinasi’ Rp 1 juta per ponton untuk sekali beroperasi,” terang sumber kepada jejaring media ini.
Selain itu menurut sumber ini, hasil dari kegiatan tambang ratusan ponton TI selam ilegal yang beroperasi di perairan setempat berupa pasir timah ditampung oleh oknum kolektor pasir timah, dan selanjutnya pasir timah pun ditampung oleh perusahaan peleburan biji timah (semelter).
Padahal diketahui, aktifitas ratusan ponton TI selam beroperasi di perairan Suka Damai tersebut diduga merupakan wilayah IUP (Ijin Usaha Pertambangan) milik PT Timah Tbk.
Bahkan informasi lainnya pun menyebutkan jika aktifitas ratusan unit ponton TI selam yang beroperasi di perairan setempat antara lain ‘disponsori’ para cukong asal Balik, Kabupaten Bangka Barat berinsial Ah dan bos timah tobo ali berinsial as.
Sementara itu kasat polair polres Basel,Akp Rio pranata tarigan saat di hubungi terkait persoalan aktivitas ratusan unit ponton ti selam dan ti upin ipin kini belum memberi jawaban,hingga berita ini di tayangkan.(team)
Komentar