Berita Sidik Kasus
BANYUASIN – Semua petani karet di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan Sumsel mengeluhkan anjloknya harga karet selama 7 tahun terakhir.
“Semua pohon karet seluas ratusan hektar itu ditebang untuk dijadikan bahan palet kayu, karena produksi karena tidak menjadikan andalan ekonomi,” ujar Edi, 60, petani karet di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, Senin, 5 Oktober 2020.
Semua petani karet didesanya kini sebagian membiarkan kebun karetnya begitu saja. Banyak yang menebangi pohon karetnya, juga banyak yang dijadikan lokasi tambang galian C.
Perkebunan karet dulu mampu mensejahterakan kehidupan petani dengan pendapatan ekonomi, sekarang sudah tidak bisa diandalkan karena tidak sebanding dengan biaya produksi karena anjloknya harga karet Sumatera Selatan.
Biasanya, dia bisa mendapatkan Rp 8 juta perbulan dengan harga getah karet Rp 10 ribu perkilo. Kini habis untuk biaya pekerja pengambil getah.”
Begitu pula dengan Nang, 61, petani karet di Desa Rambutan Kabupaten Banyuasin. Ia terpaksa memberhentikan para pekerja pengambil getah karet sejak harga karet anjlok 7 tahun lalu.
Perkebunan karet miliknya seluas 5 hektar itu kini tidak semuanya bisa dirawat. Usainya masih muda tapi karena harga jatuh, membuatnya harus puter kemudi.
“Saya sekarang menggeluti usaha saya sendiri. Karena saya tidak bisa membayar pekerja, harga karet di Sumatera Selatan sudah 7 tahun terakhir ini tidak mengalami perubahan,” tuturnya.
Terpisah, Susiani, 53, salah seorang pemilik kebun karet terluas di Kecamatan Rambutan mengatakan,” Perkebunan karet milik warga di Kecamatan Rambutan mencapai ribuan hektar.
Sebagian besar kebun karet milik warga disini dalam kondisi sudah tua. Produksi getahnya menurun. Sementara harga anjlok 7 tahun terakhir.
“Kami masih berharap tahun depan harga karet di Sumatera Selatan kembali membaik. Karena janjinya begitu,” jelasnya.
JONI/YUDI/YESI/MENA
Komentar