Petani Lumajang Keluhkan Debit Air yang Berkurang, Humas PUTR: Kami Akan Memprioritaskan

Berita Sidikkasus.co.id

LUMAJANG – Sebelumnya sidikkasus.co.id telah mempublikasikan terkait dengan debit air di dam Rakinten yang berkurang. Berkurangnya debit air tersebut karena pintu air yang rusak dan banyak kebocoran.

Selain itu, juga karena diduga adanya pendangkalan. Ketua HIPPA desa Denok, kecamatan Lumajang berharap agar pemerintah terkait sesegera mungkin membenahi pintu air tersebut, dan juga di adakan normalisasi.

Subowo, Humas dinas PUTR (Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) Kabupaten Lumajang, Jawa timur (Jatim) ditemui sidikkasus.co.id di ruang kerjanya, Rabu (15/9) menyatakan, bahwa pihaknya akan memprioritaskan masalah tersebut.

“Yang perlu disepakati bersama terhadap petani, HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air) agar menyadari akan kondisi saat ini. Saat ini sedang dalam kondisi Pandemi covid-19,” pinta Bowo.

Namun, kata Bowo, dinas PUTR akan tetap mengedepankan usulan masyarakat atau petani yang di bawah naungan HIPPA. Untuk memproritaskan masalah tersebut.

Sesuai dengan usulan itu, terang Bowo, maka pihaknya sangat berharap sekali sebelum dilakukan normalisasi nanti, masyarakat harus bergerak cepat untuk membersihkan daripada saluran yang sudah ada, sehingga saluran tersebut tidak akan terhambat oleh sampah maupun tanaman disekitarnya.

Bowo menyebut, bahwa hal itu adalah tugas bersama, “bukan cuman HIPPA”, tapi juga dari dinas PU ikut serta mengedepankan, dan juga memajukan para petani yang ada di desa Denok maupun desa Wonokerto.

Saat di tanyakan terkait dengan pintu air yang menurut Koordinator Sumberdaya Air Korwil Yosowilangun – Tekung, bahwa sudah diajukan. Bowo menyatakan, bahwa untuk hal tersebut pihak nya tetap berusaha, bukan hanya di dam Rakinten. Namun semua pintu dam yang ada di kabupaten Lumajang. Intinya yang berada di bawah naungan dinas PUTR, itu pihaknya tetap menjaga akan keaktifan nya, atau keberadaan pintu pintu yang berada di daerah aliran irigasi.

“Tetap, makanya saya harus tetap bekerja sama dengan masyarakat (HIPPA) untuk menjaga akan pemeliharaan itu”, jelasnya.

Lanjutnya, disitu akan terjadi pemeliharaan secara minim, apabila kita melakukan hal tersebut sesuai dengan kemauan masyarakat dan kemauan kita. “Ini butuh keharmonisan”, ujarnya.

Pihaknya bersyukur, saat ini sudah minim terkait kehilangan pintu dan baut yang ada di masing masing pintu pembagi.

Gugur gunung itu kalau dulu, terang Bowo, tanpa disuruh pun biasanya pada bulan 4 dan 10 pihaknya selalu melakukan kerja bakti untuk pembersihan saluran air. “Makanya di tahun ini, saya sangat berharap sekali dinas PUTR ini untuk melakukan hal hal seperti itu. Secara rutinitas program nya bukan dari dinas PUTR, akan tetapi program itu menjadi sebuah kewajiban, himpunan petani pemakai air ini mempunyai program program seperti itu, walaupun bukan di bulan 4 dan 10”, katanya.

Saat ditanyakan bahwa kalau seandainya pihak PUTR tidak ada dana untuk dana normalisasi, maka pihak HIPPA akan melakukan normalisasi secara swadaya, Bowo menjawab bukan masalah dana.

“Kalau kita berbicara dana, bukan berarti tidak ada. Ada, Akan tetapi kita masih mempreoritaskan yang lebih penting. Makanya hal hal seperti ini, kalau itu sifatnya ringan. Kita harus bergerak aktif untuk melakukan pembersihan aliran sungai”, jelasnya.

Bowo menegaskan, kalau ingin aliran airnya lancar, maka jangan membuang sampah ke sungai, jangan membuat bangunan disekitar aliran itu, dan jangan menanam tanaman di daerah aliran air.

Namun, menurut Bowo, hal tersebut dibutuhkan Adanya kesadaran masyarakat. Dirinya yakin, kalau itu dilakukan secara inten oleh HIPPA. Maksudnya, HIPPA yang selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan teman teman yang ada di wilayah, maka hal itu akan cepat terselesaikan. “Kalau kita saling membiarkan, bahwa itu adalah sebuah kewajiban dinas PU, kita banyak saluran air yang harus diselesaikan. Satu persatu, saya yakin itu akan terselesaikan. asalkan kita benar benar bekerja sama dan saling ikut merasa memiliki,” pungkas Bowo. (Riaman)

Reporter: Biro Lumajang

Komentar