Petani Kopi Terlilit Hutang

Berita sidikkasus.co.id

EMPAT LAWANG – Sejak dua pekan terakhir, harga biji kopi di Kabupaten Empat Lawang Sumatera Selatan (Sumsel) mendidik angka Rp 20 ribu per kg.

Situasi semacam ini sangat membuat petani kopi di Sumatera Selatan makin terpukul. Perekonomian keluarga yang tidak kunjung membaik, membuat petani kopi di Kabupaten Empat Lawang harus terlibat hutang.

“Harga kopi saat ini di tingkat petani Rp 20 ribu per kg. Sementara untuk tingkat pabrik hanya Rp 21 ribu per kg. Harga kopi di tingkat petani ada yang mencapai Rp 17 hingga Rp 18 ribu per kg,” kata Meri, (55), seorang petani kopi asal Kecamatan Tebing Tinggi, Sabtu (8/8/2020).

Ia mengatakan, belum ada tanda-tanda jika harga kopi akan membaik. Harga kopi sejak beberapa minggu terakhir hanya naik Rp 1000 perkilo. Ini tentu saja membuat petani kopi seperti kami tidak bersemangat untuk memanen kopi. Saya berharap harga jual kopi mengalami kenaikan,” harapnya.

“Alhamdulillah, meski harga kopi belum membaik tapi kami masih bisa makan. Untuk saat ini hasil kebun kopi belum begitu banyak, karena belum musim panen,” tambahnya.

Ibu lima orang anak ini mengatakan, harga jual ditingkat petani belum begitu mengalami peningkatan, ini tentunya akan berdampak pada perekonomian kepada para petani.

Meski demikian, mereka tetap giat bekerja meski sempat down karena harga tak kunjung membaik, sementara pengeluaran biaya pengolahan dan perawatan kebun cukup besar belum termasuk biaya pembelian pupuk ataupun racun rumput.

“Inilah kondisi para petani, harga jual hasil pertanian tidak menentu sementara biaya pengeluaran makin membengkak. Mau bagaimana lagi, kebutuhan keluarga setiap harinya harus dipenuhi, bila keuangan morat-marit terpaksa pinjam sana sini,” tandasnya.

Eko, (45), seorang tengkulak kopi mengatakan, biasanya kopi yang dibeli dari petani langsung di jualnya kembali ke pabrik di daerah Propinsi Lampung.

“Kita membeli dari petani dengan harga Rp 20 ribu per kg, dan kembali kita jual ke pabrik seharga Rp 21 ribu per kg,” ujarnya.

Masih kata dia, biasanya dirinya menjual kopi ke pabrik setelah semua kopi yang dibeli dari petani sudah terkumpul digudang.

“Sekali kita kirim ke pabrik bisa mencapai satu ton. Setelah beberapa hari kita membelinya dari petani dan sudah kita kumpulkan terlebih dahulu, lalu dijual kembali,” ujarnya.

(Adeni Andriadi)

Komentar