Foto : Pemudik
BANYUWANGI – JKN.
Lonjakan pemudik menuju kepulauan kecil sekitar Madura mulai terasa di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu sore. Ratusan pemudik berebut masuk ke dalam kapal agar segera bisa pulang ke kampung halaman. Kapal yang hanya berkapasitas 400 penumpang penuh sesak dipadati pemudik. Sempat diwarnai protes dari pemudik karena banyak yang tidak kebagian tiket. Dengan terpaksa, pemudik yang tak kebagian tiket harus rela menunggu keberangkatan kapal selanjutnya. Dijadwalkan, kapal akan kembali berlayar pada Kamis (30/05) mendatang.
Ratusan perantau asal kepulauan kecil di sekitar Madura mulai berbondong-bondong menuju kapal yang sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Minggu sore. Tak kurang dari 400 pemudik berdesakan untuk bisa segera masuk ke dalam kapal perintis Sabuk Nusantara 92 yang akan membawa mereka pulang kampung ke Pulau Sapeken, Madura. Meski sudah disediakan kapal gratis pada tanggal 30 Mei mendatang, namun hal itu tak menyurutkan niat pemudik untuk pulang kampung lebih awal meski harus menggunakan jasa pelayaran yang berbayar.
Para pemudik memilih pulang lebih awal karena jadwal keberangkatan kapal menuju Sapeken tidak setiap hari ada. Mereka takut tak bisa pulang kampung lantaran kehabisan tiket jika pulang mudik mendekati hari raya Idul Fitri mendatang. Diprediksi, ribuan pemudik dari Pulau Sapeken akan terus mengalir dari berbagai daerah untuk pulang kampung melalui Pelabuhan Tanjung Wangi. ”Di belakang saya ini pasti masih banyak yang akan pulang kampong ke Sapeken, dari pada nggak dapat tidak jadi saya pilih mudik lebih awal,” kata Sugik warga kepulauan Sapeken yag bekerja di Bali ini
Sekedar diketahui, kapal Sabuk Nusantara 92 merupakan kapal perintis bersubsidi yang disediakan pemerintah. Kapal ini hanya melayani pelayaran Banyuwangi – Sapeken dua kali dalam seminggu. Dengan jarak tempuh hampir 12 jam, pemudik hanya dikenakan tiket seharga Rp 14 ribu per orangnya. Selain harga tiket yang murah, jalur pelayaran dari Pelabuhan Tanjung Wangi ini menjadi pilihan karena dirasa paling dekat dibandingkan jalur pelayaran dari Pelabuhan Jangkar Situbondo maupun melalui Pulau Madura itu sendiri. Mayoritas, pemudik adalah perantau yang bekerja di Pulau Bali, Lombok, hingga Jakarta. Hampir semua masyarakat Sepudi maupaun Sapeken itu pernah merantau,” tambahnya
Sementara itu, saat kapal akan berangkat sempat diwarnai protes dari beberapa pemudik yang tidak kebagian tiket. Mereka memaksa petugas KSOP Tanjung Wangi agar tetap membolehkan mereka masuk ke dalam kapal. Namun hal itu tidak diperbolehkan oleh petugas karena menyangkut keselamatan. Keberangkatan kapal sempat tertunda beberapa menit akibat aksi protes dari pemudik ini. ”Kuotanya dibatasi hanya 400 orang saja, padahal yang mengantre masih banyak. Terpaksa saya harus menunggu sampai tanggal 30 Mei,” kata pemudik yang tak mau disebutkan namanya itu.
Korlap Embarkasi KSOP Tanjung Wangi, Ade Sucipto memaklumi pihak yang melakukan protes. Meski begitu, pihaknya berharap para pemudik bisa mengerti mengapa syahbandar melakukan pembatasan. Hal ini dilakukan demi keselamatan para penumpang itu sendiri selama berlayar. ”Kapasitas hanya 400 orang. Tidak boleh melebihi demi keselamatan. Lebih baik bersabar dulu tunggu jadwal selanjutnya. Atau kalau mau pesan tiket itu pesanlah jauh-jauh hari sebelumnya. Jangan sekarang berangkat, sekarang baru beli,” kata Ade.
Sementara itu bagi pemudik yang kehabisan tiket, mereka bisa menunggu jadwal keberangkatan kapal selanjutnya di tempat yang sudah disedikan di sekitar pelabuhab. Dijadwalkan ada dua kapal reguler yang akan berlayar ke pulau sapeken tanggal 30 mei mendatang. Yakni kapal Sabuk Nusantara 115/ dan kapal Sabuk Nusantara 56. Masing-masing kapal berkapasitas 400 penumpang. ”Pada hari yang sama, kapal gratis juga akan diberangkatkan, namun kapal ini hanya berkapasitas 200 penumpang saja. Jadi ada tiga kapal yang berlayar untuk pemudik ke Sapeken nanti,” pungkas Ade.(ari)
Komentar