Berita sidikkasus.co.ud
Dunia ini panggung sandiwara,” kata penyanyi Achmad Albar dalam sebuah lagunya. Covid-19 ini panggung politik, kata banyak orang didaerah dalam berbagai perbincangan.
Bila dalam panggung sandiwara, di dunia pemerannya seluruhnya adalah manusia, tapi dalam panggung sandiwara politik covid-19 di Indonesia aktornya adalah para kepala daerah. Jika dalam panggung sandiwara sungguhan pemeran utama cuma dua orang, tapi dalam panggung politik covid-19 semua kepala daerah berlomba untuk menjadi pemeran utama.
Serupa panggung festival film atau panggung pencarian bakat, ada penilaian atas peran yang dimainkan oleh para kepala daerah di panggung politik covid-19 ini. Lembaga survei tampil sebagai tim juri. Tampilnya lembaga survei sebagai tim juri makin mengukuhkan covid-19 tak lain dan tak bukan panggung politik menuju pemilihan umum.
Banyak yang menilai dengan menjadikan penanganan pandemi covid-19 sebagai panggung politik sangatlah tidak elok, tidak beretika. Elok atau tidak sebetulnya bisa dilihat dari teori peran, apakah perannya wajar ataukah berpura-pura.
Dalam panggung sandiwara, “Ada peran wajar, ada ku peran berpura-pura,” kata Achmad Albar dalam lagunya.
Untuk menilai apakah peran yang dimainkan oleh para kepala daerah dalam panggung politik covid-19 wajar atau berpura-pura, kita bisa menggunakan teori Dramaturgi yang diajukan Erving Goffman. Goffman memperkenalkan istilah panggung depan dan panggung belakang. Panggung belakang biasanya tempat memainkan peran wajar, sedangkan panggung depan adalah peran berpura-pura.
Dalam panggung politik bencana, panggung belakang ialah panggung penanggulangan bencana sebelum pandemi covid-19, sedangkan panggung depan ialah panggung penanggulangan pandemi covid-19.
Bila seorang kepala daerah serius menanggulangi bencana sebelum pandemi covid-19, lalu dia serius pula menanggulangi covid-19, sang kepala daerah itu bisa dikatakan memainkan peran wajar. Namun, bila sang kepala daerah itu asal-asalan dalam menangani bencana sebelum covid-19, tetapi kelihatan serius Ket menangani pandemi covid-19, patut diduga sang kepala daerah itu tengah memainkan peran berpura-pura.
Bila, misalnya, seorang kepala daerah terkesan santai menanggulangi bencana banjir, tetapi tergopoh-gopoh ketika menangani pandemi covid-19, patut diduga sang kepala daerah itu memainkan peran berpura-pura di panggung politik covid-19.
Seorang Bupati, melalui bawahnya, membagikan sembako bantuan sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial dengan mengatakan bahwa itu adalah bantuan dari sang bupati, melalui bawahnya, jelas sang bupati sedang memainkan peran berpura-pura.
Yang memainkan peran wajar, bukan peran berpura-pura, dalam panggung penanggulangan covid-19 pastinya Kepala Gugus Tugas Penangulangan Covid-19 Letjen Doni Monardo. Sebagai kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Doni pasti serius menangani bencana-bencana lain sebelum atau selain pandemic covid-19. Peran wajar yang dimainkan Doni menunjukkan dia tidak sedang menjadikan penanggulangan covid-19 sebagai panggung sandiwara politik.
Senin (27/4/2020), tak seperti biasanya, Doni Monardo mengenakan seragam militer dalam sebuah rapat. Ini simbol bahwa dialah pemeran utama yang berperan sungguh-sungguh, bukan pura-pura berperan, dalam panggung penanggulangan covid-19. Ini sekaligus peringatan kepada siapapun untuk tidak menjadikan dana penanggulangan covid-19 sebagai panggung sandiwara politik demi meraup keuntungan pribadi.
Oleh : Adeni Andriadi
Komentar