Mutu Pendidikan Nasional, Ditengah Wabah Pandemi

Berita sidikkasus.co.id

MENJAGA kualitas pendidikan menjadi tantangan nyata di tengah terus berlangsungnya pandemi korona atau covid-19. Proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik yang semula dilakukan melalui interaksi langsung kini sudah tidak lagi dapat dilakukan.

Interaksi langsung di ruang kelas antara guru dan murid harus dibatasi bahkan ditiadakan sama sekali demi mencegah penyebaran virus. Hal ini dilakukan karena protokol kesehatan mengharuskan kepada setiap individu untuk melakukan social dan physical distancing bukan pengecualian dalam interaksi belajar-mengajar antara guru dan murid.

Akibat pandemi, kegiatan belajar mengajar pun secara mendadak harus dijalankan dengan menggunakan sistem belajar jarak jauh melalui jaringan internet atau daring. Pendidik dan peserta didik yang terbiasa melakukan kegiatan belajar mengajar dengan interaksi langsung di ruang kelas, suka tidak suka, harus menyesuaikan diri dan menerima metode belajar jarak jauh (itu) sebagai satu-satunya jalan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam konteks inilah kualitas kegiatan belajar mengajar dan lebih luas lagi kualitas pendidikan nasional kita mulai dipertanyakan. Keraguan bahwa kualitas dunia pendidikan nasional kita bakal menurun mulai mengemuka.

Di tengah momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Sabtu, (2/5/2020), kita memandang berbagai pertanyaan dan keraguan yang muncul terkait menurunnya kualitas pendidikan tersebut sangat relevan.

Apalagi dalam beberapa waktu terakhir sejalan dengan berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar jarak jauh, sejumlah sekolah, mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dan sederajat di sejumlah daerah di Sumatera Selatan dilaporkan mengalami kesulitan, baik kesulitan teknis maupun kesulitan nonteknis.

Kesulitan teknis terkait dengan ketersediaan fasilitas hardware ataupun software yang dibutuhkan bagi penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar jarak jauh.

Harus dicatat, tidak semua guru dan murid, terlebih di daerah-daerah terpencil, memiliki perangkat yang memenuhi syarat kelayakan bagi pelaksanaan aktivitas daring. Fasilitas jaringan internet yang menjamin keterhubungan belum merata keberadaannya di seluruh pelosok Tanah Air.

Kesulitan nonteknis berkaitan dengan kondisi bahwa tidak semua guru dan murid dapat segera beradaptasi dengan teknologi dan metode mengajar jarak jauh. Penguasaan siswa ataupun guru terhadap teknologi pembelajaran juga sangat bervariasi. Hal itu tentu menjadi tantangan tersendiri.

Yang lebih substansial ialah kurukulum pendidikan nasional kita pun secara resmi dan komprehensif belum mengakomodasi dan mengadaptasi sistem belajar jarak jauh. Selama ini, kegiatan belajar mengajar secara online hanya merupakan konsep, sebagai perangkat teknis, belum berkembang menjadi cara berpikir dan paradigma pembelajaran. Karena itu, kekhawatiran akan menurunnya kualitas pendidikan, sekali lagi tidak boleh diabaikan.

Begitu pun kita tidak boleh menyerah dengan keadaan dan membiarkan kualitas pendidikan nasional kita menurun di tengah berlangsungnya pandemi. Seluruh stakeholders pendidikan nasional harus ikut turun tangan mencari solusi dan mengantisipasi potensi persoalan tersebut.

Tidak berhenti sekadar menetapkan ‘Belajar dari COVID-19’ sebagai tema Hari Pendidikan Nasional tahun ini, Kementerian Pendidikan harus memitigasi potensi menurunnya kualitas pendidikan ini sekaligus memetakan solusinya ke dalam sistem pendidikan nasional kita.

Proses pembelajaran jarak jauh yang selama ini telah diterapkan di universitas terbuka kiranya dapat menjadi model awal dari peta jalan tersebut. Dengan adaptasi dan adopsi, sistem yang sama jika dipandang perlu, dapat pula diterapkan di strata pendidikan yang lebih rendah.

Inilah tantangan krusial dunia pendidikan kita saat negeri ini merayakan Hari Pendidikan Nasional di tengah berlangsungnya pandemi global.

Oleh : Adeni Andriadi

Komentar