Berita Sidikkasus.co.id
Probolinggo – Puluhan kader lingkungan dari Kelurahan Triwung Lor, Kecamatan Kademangan punya kesempatan istimewa. Bersama Wali Kota Probolinggo Habib Hadi Zainal Abidin, mereka menikmati Sate Pak Lim, Senin (31/5) pagi, di Taman Pemrosesan Akhir (TPA) Bestari. Apa itu Sate Pak Lim?
Sate Pak Lim adalah singkatan dari Wisata Edukasi Program Kampung Iklim yang digagas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo. Kegiatan ini adalah pembelajaran tentang pengelolaan lingkungan dengan baik. Tidak sekadar sosialisasi tetapi melihat langsung kondisi di lapangan.
“Kegiatan ini berkelanjutan selain mengunjungi TPA, kader lingkungan juga berkunjung ke dua kelurahan, Pakistaji dan Jrebeng Wetan. Kami menyediakan bus untuk kader lingkungan. Harapannya dari kegiatan ini para kader mampu mengembangkan di kelurahan masing-masing,” ujar Kepala DLH Rachmadeta Antariksa, dalam laporannya.
Bersama Wali Kota Habib Hadi para kader lingkungan diajak melihat kondisi sanitary landfill di TPA. Sanitary landfill yang terbaru ada di sisi timur. Setiap sampah yang masuk kemudian diuruk menggunakan tanah. Sehari sekitar 70 ton sampah masuk ke TPA di Jalan Anggrek ini. Dalam satu tahun anggaran sebesar Rp 200 juta dialokasikan untuk tanah tersebut.
“Baru digunakan Januari 2020 tapi sekarang lihat, sudah tinggi. Jika tidak mengambil langkah terbaik mulai dari sekarang maka akan kehabisan tempat. Ke depan akan ada teknologi canggih untuk mengelola sampah di TPA,” terang wali kota kepada puluhan kader lingkungan Kelurahan Triwung Lor.
Ia berharap melalui Sate Pak Lim dapat menggerakan semua kelurahan dan kecamatan se-Kota Probolinggo untuk bisa berpartisipasi menjaga lingkungan. “Memang butuh kesadaran dan kekompakan. Dimulai dari kegiatan ini diharapkan untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan,” imbuh mantan anggota DPRD Jatim dan DPR RI ini.
Menurut Habib Hadi, masyarakat harus melihat sudut pandang sampah dari sisi ekonomi. Ia pun mengajak masyarakat mengelola sampah dimulai dari lingkungan sendiri karena sampah bukan tanggung jawab DLH saja, tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat.
“Jangan hanya mengeluh sampahnya, padahal tidak sadar justru ikut menyumbang sampah. Hasilkan nilai ekonomi dari sampah, lakukan terobosan terbaik. Jangan dilihat kotornya tapi manfaatkan peluang-peluang yang ada. Mudah-mudahan ini jadi langkah terbaik bagi warga di Kelurahan Triwung Lor,” tegas wali kota.
Setelah berkeliling TPA, rombongan Sate Pak Lim berkunjung ke Kelurahan Jrebeng Wetan. Di lokasi tersebut, kader melihat bagaimana memilah dan memanfaatkan sampah anorganik seperti plastik dan botol. Warga mendirikan bank sampah bekerjasama dengan PT Pegadaian sehingga sampah punya nilai ekonomis bagi masyarakat. Motto mereka, sampah adalah emas.
Di lokasi kedua, Kelurahan Pakistaji mereka melihat bagaimana warga mengolah sampah organik khususnya sayuran dan buah-buahan. “Warga disana menggunakan komposter skala rumah tangga maupun komposter aerob dan lubang biopori untuk proses pengomposan,” ujar Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kemitraan Lingkungan Hidup (P2KLH) Suciati Ningsih.
Selain itu, rombongan juga menuju rumah seorang kader penggerak lingkungan yang mengembangbiakan maggot sebagai pakan ternak dan punya nilai ekonomis yang tinggi. Lokasi lain adalah pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) secara mandiri di rumah kader.
“Harapan kami, dengan kegiatan ini bisa memunculkan kampung iklim yang ada di Kota Probolinggo. Sehingga masyarakat mampu bertahan terhadap mitigasi perubahan iklim dan sadar akan pengelolaan lingkungan dengan baik,” pungkas Suciati. (yuli)
Komentar