Media Online Perlu Berbenah Diri

Berita Sidikkasus.co.id

PALEMBANG – Media berita online telah menjadi bagian dari sebuah perjalanan pers nasional. Sebagai bagian dari media elektronik, media online tumbuh subur di Indonesia dalam lima tahun terakhir ketika teknologi sangat mendukung keberadaan media online dan kebiasaan mengakses berita telah berubah.

Oleh sebab itulah, media online memegang peranan penting dalam pers nasional dewasa ini. Tidak cuma karena jumlahnya yang besar akan tetapi dampaknya terhadap publik pun sangat luas.

Ada sekitar 43.300 media online di Indonesia. Jika angka ini dijadikan sandaran dalam memetakan media online di Indonesia, maka betapa gagah dan rawannya media jenis baru ini.

Artikel ini menjelaskan, pertama, bahwa dengan jumlah yang luar biasa besar ini maka tangung jawab media online di dalam lingkungan pers Indonesia sangat besar. Kedua, karena tangung jawab yang besar maka media online seharusnya memainkan peran penting di dalam kehidupan pers nasional.

Kalau kita lebih cermat lagi mengamati perkembangan media online, maka kita akan menyaksikan bahwa media jenis baru ini justru berkembang pesat di daerah.

Disalah satu provinsi, media online tingkat provinsi saja bisa mencapai 100 media. Belum lagi media ditingkat kabupaten dan kota yang tersebar luas lebih dari 500 kabupaten kota.

Dengan kondisi semacam ini bisa dipastikan bahwa tumbuh suburnya media online di Indonesia adalah bagian dari kemudahan membangun media online yang sejalan dengan kebebasan pers yang sudah menjangkau pelosok desa, kecuali, di beberapa wilayah seperti di Papua dan Papua Barat.

Kondisi media online terutama di daerah masih sangat perlu mendapatkan perhatian karena kebangkitan media satu ini tidak cuma dipicu oleh satu faktor seperti idealisme wartawan. Faktor ekonomi pun menjadi penyebab tumbuhnya media online di sejumlah daerah.

Kemudahan mendirikan media online tanpa badan hukum dan izin untuk mendirikan media menjadi faktor utama. Selain mudah biaya pengelolaannya pun terbilang cukup murah.

Oleh sebab itu media online menjadi salah satu sarana untuk menjadi sandaran hidup bagi sebagian orang meskipun para pelaku media satu ini cenderung tidak memiliki latar belakang jurnalis profesional. Misalnya aktivis, mereka mendirikan media online dengan motif agar lebih mudah untuk mendekati para kepala daerah dan ujung-ujungnya adalah proyek.

Disinilah kemudian media online perlu berbenah diri. Tidak hanya faktor ekonomi saja sebagai pemicu berkembangnya media online tetapi harus ditambah dengan faktor idealisme sebagai wartawan yang ingin menginformasikan dan mendidik masyarakat dengan beragam informasi yang ditawarkan. Jika hanya faktor ekonomi sebagai determinan utama menjamurnya media online maka peran yang diharapkan kepada media online sebagai bagian dari pers nasional sulit untuk tercapai.

Sebagai mana diketahui, jika merunut kepada UU No 40 tahun 1999 tentang Pers maka fungsi yang harus dimainkan media adalah sebagai penyebar informasi, pendidik, hiburan, dan kontrol sosial. Jika semua fungsi ini tidak dijalankan oleh media online, bisa jadi kehadiran media online tidak memberikan kontribusi yang positif.

Padahal, media apapun seharusnya bisa membuat masyarakat semakin cerdas sekaligus mampu mengungkap banyak kasus penyimpangan yang terjadi pada penyelenggara pemerintah. Sebaliknya, publik makin bingung karena media online hanya mengejar target ekonomi. Dalam situasi semacam itu, beragam konten yang disajikan pun hanya mengikuti pesanan dan tidak menampilkan hasil karya jurnalistik yang profesional.

Untuk menjawab tantangan yang begitu besar dilain sisi harus mencerdaskan bangsa memang tidak mudah. Ada hukum dan budaya yang dihadapi untuk mencari pengunjung guna meningkatkan target page view.

Motif ekonomi yang menguatkan latar belakang informasi yang disuguhkan semata-mata demi mengejar target pengunjung guna mencapai klik sebanyak mungkin. Jika hal semacam ini yang dilakukan oleh puluhan ribu media online itu, maka berita dan informasi yang disuguhkan pun pasti tidak bermutu dan bahkan cenderung tidak mencerdaskan.

ADENI ANDRIADI

Komentar