Lapas Banyuwangi Kembali Dapatkan Pelatihan Lanjutan Mengenai Pembinaan WBP Tindak Pidana Terorisme dari UNODC

Berita Sidikkasus.co.id

BANYUWANGI – Program pelatihan yang diberikan oleh United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) kepada Lapas Banyuwangi Kanwil Kemenkumham Jatim tentang strategi pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tindak pidana terorisme kembali berlanjut, Rabu (20/10/2021).

Kegiatan kali ini merupakan lanjutan pelatihan yang pada pekan lalu sudah sekilas dipaparkan oleh UNODC kepada jajaran Lapas Banyuwangi. Pelatihan ini sejatinya digelar secara tatap muka, namun karena kondisi masih pandemi, sehingga hanya dapat digelar secara virtual.

Mengikuti kegiatan pelatihan dari Ruang Rapat Utama Sahardjo Lapas Banyuwangi, Kasi Admin Kamtib Ahmad Solihin dan Kasubsi Bimkeswat Dhanny Dwi turut hadir mendampingi jajarannya untuk menerima materi pelatihan.

Pada pelatihan lanjutan ini, materi yang diberikan tidak jauh berbeda dengan yang diberikan pada pertemuan pertama pekan lalu, yakni mengulas mengenai potensi sebaran radikalisme didalam Lapas dan strategi yang bisa digunakan untuk mencegah terjadinya sebaran radikalisme.

Mengawali kegiatan, UNODC yang dimoderatori oleh Antonia Mayaningtiyas meminta peserta pelatihan untuk berdiskusi mengenai permasalahan 4 pilar pemasyarakatan yang sering terjadi di Lapas Banyuwangi dan dilanjutkan dengan pemaparan permasalahan oleh Solihin.

Salah satu narasumber dari UNODC Indah Amaritasari mengatakan permasalahan penanganan napiter memang sangat beragam, karena selain memperhatikan faktor keamanan dan ketertiban (kamtib), juga terdapat hal yang harus menjadi perhatian khusus yaitu memastikan napiter tersebut tidak menyebarkan paham radikalisme didalam Lapas.

Menurutnya, ancaman penyebaran paham radikalisme pada saat ini sudah mengalami berbagai perubahan, yang menjadi tren saat ini adalah adanya ancaman radikalisme melalui media sosial.

“Tentunya ini memerlukan strategi baru dalam menghadapi ancaman tersebut, perlu adanya rencana aksi dari pihak Lapas maupun Rutan untuk memastikan ancaman radikalisme tidak sampai masuk kedalam Lapas. Karena tidak menutup kemungkinan sebaran radikalisme bisa masuk kedalam Lapas” terang Indah.

Sementara itu, Konsultan Nasional UNODC Solehuddin menekankan kepada petugas Lapas Banyuwangi agar lebih memahami strategi yang dapat digunakan dalam melakukan pembinaan kepada napiter, sebagai antisipasi apabila dikemudian hari Lapas Banyuwangi mendapatkan kiriman napiter.

Ia menjelaskan regulasi dan pembinaan di Lapas Banyuwangi terhadap napiter harus disusun dengan jelas. Namun catatan pentingnya tidak hanya itu, cara melakukan pembinaan juga harus menjadi perhatian lebih.

“Metode pembinaan yang dilakukan jauh lebih penting dari materi yang disampaikan dan perhatian personal yang dalam hal ini perhatian petugas Lapas kepada napiter jauh lebih penting dari cara yang disampaikan. Jadi pada dasarnya untuk menghentikan ancaman radikalisasi ada di petugas Lapas itu sendiri” papar Solehuddin.

Terakhir, Solehuddin mengulas 4 kecerdasan manusia yang dapat dimaksimalkan untuk mengahadapi ancaman radikalisasi, antara lain kecerdasan intelektual yang membuat manusia bisa memiliki berbagai alternatif untuk bertindak, kecerdasan emosional yang dapat merasakan sesuatu dari hati, kecerdasan fiskal yang bisa dilakukan dengan memfungsikan anggota tubuh dengan maksimal dan kecerdasan spiritual yang dapat dilakukan manusia dengan menjadikan agama sebagai pedoman.

Kegiatan pelatihan ini rencana masih akan digelar dalam dua hari kedepan, yang tentunya lebih mengupas secara rinci mengenai pengelolaan WBP tindak pidana terorisme di Lapas dan Rutan. (Humas Lapas Banyuwangi)

Editor: Redaksi Media Sidikkasus

Komentar