Berita sidikkasus.co.id
JAKARTA – Ditengah kondisi ekonomi global diguncang isu wabah pandemi, PT Bank BTPN Tbk pun turut terkena imbasnya.
Tercatat dari penyaluran kredit, hanya tumbuh dibawah 12% tahun ini atau meningkat tipis diangka Rp 139,8 triliun pada akhir Maret 2019 157 triliun hingga akhir Maret 2020.
Penyaluran kredit dilakukan dengan strategi mengedapankan prinsip kehati-hatian ternyata belum mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi berkualitas.
Rasio kredit bermasalah (non-perfoming loan/NPL) tercatat relatif rendah, yaitu 0,97% (gross).
“Situasi perekonomian global sedang tidak menentu, ditambah perkembangan terkini penyebaran Covid-19, kami berusaha mempertahankan bank BTPN agar tetap positif.
Komitmen kami kami mendukung perekonomian Indonesia,” kilah Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana dalam sebuah keterangan tertulis.
Ia mengaku, penyaluran kredit Bank BTPN salah satunya ditopang oleh segmen korporasi Rp 92 triliun.
Dalam melayani kelompok nasabah, pihak Bank BTPN mengaku tetap fokus menyalurkan pembiayaan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur.
Tidak cuma itu, pihak Bank BTPN mengaku memberikan pinjaman secara bilateral kepada perusahaan swasta nasional, badan usaha milik negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.
“Pembiayaan segmen korporasi menunjukkan komitmen jangka panjang dan pemegang saham pengendali Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) guna mewujudkan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” kilahnya.
Ia mengklaim, selain pembiayaan korporasi, penyaluran kredit juga ditopang segmen kredit usaha kecil dan menengah, komersial, serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah.
Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, pihak Bank BTPN pun menghimpun pendanaan senilai Rp 161,2 triliun sampai akhir kuartal I-2020, atau meningkat 3% sama persis seperti tahun lalu.
Masih kata dia, dana dari pihak ketiga (DPK) senilai Rp 97,1 triliun, pinjaman pihak lain Rp 57 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 7,1 triliun. Dari total DPK, Bank BTPN meningkatkan porsi current account savings account (CASA) sebesar 29% pada kuartal I-2020, sedikit lebih tinggi jika dibandingkan pada kuartal I-2019 yang hanya 21%.
“Pertumbuhan CASA memberikan dampak positif terhadap biaya dana. Selain membuat kami lebih kompetitif, kenaikan CASA juga menunjukkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap produk simpanan yang kami tawarkan, termasuk layanan solusi life finance Jenius,” Kilahnya.
Hingga akhir Maret 2020, jumlah pengguna terdaftar baru mencapai dari 2,5 juta nasabah, tumbuh 85% dari akhir Maret 2019 yang sebanyak 1,4 juta nasabah. Adapun jumlah simpanan (funding) sekitar Rp 8,3 triliun.
Data ini menunjukkan inovasi digital Bank BTPN tidak begini membuahkan hasil. Kecenderungan masyarakat untuk semakin terbiasa menggunakan produk dan layanan digital belum begitu signifikan.
Ia menambahkan, dalam situasi seperti saat ini, likuiditas merupakan tantangan utama yang dihadapi industri perbankan. Bank BTPN adalah salah satu bank yang memiliki likuiditas yang cukup bisa untuk menopang target perusahaan.
Selain mengandalkan dana dari pihak ketiga (DPK), obligasi dan pinjaman bilateral pihak lain, Bank BTPN juga mendapat sokongan dari perusahaan induk berupa standby facility sebagai sumber pendanaan. Total fasilitas pendanaan (offshore borrowing limit facility) diberikan SMBC mencapai US$2,8 miliar (sekitar Rp 46 triliun).
Kecukupan likuiditas Bank BTPN juga terlihat pada liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 212% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 116% yang jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%.
Sebagai informasi LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.
Pada akhir kuartal I-2020, aset Bank BTPN baru mencapai Rp 199,7 triliun, tumbuh 4% secara tahunan.
Adapun laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) baru mencapai Rp 752 miliar, atau hanya meningkat 48%.
Dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 22,5%, Bank BTPN seharusnya masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat.
Terkait penanganan Covid-19, Bank BTPN turut memahami dampak negatif pada perekonomian dan mendukung berbagai upaya pemerintah dalam rangka meringankan beban masyarakat.
Salah satunya ialah dengan turut memberikan relaksasi kredit kepada para debitur karena kegiatan usahanya benar-benar terdampak Covid-19.
“Situasi Covid-19 ini tentu sangat menantang, termasuk bagi kami di industri perbankan. Namun kami patut syukuri pencapaian kinerja awal tahun ini.
Ini motivasi dan modal untuk kami agar bisa melayani lebih banyak jutaan rakyat Indonesia,” tutup Ongki.
Laporan : Adeni Andriadi
Komentar