Konstruksi Jembatan RSUD dinilai Masih Jauh Dari Syarat Teknis & Mutu, Ini Tawaran Solusi Ahli Jembatan

Berita Sidikkasus.co.id

TALIABU – Perbaikan Akses Jembatan yang menghubungkan warga ibukota Bobong menuju RSUD dan desa Ratahaya maupun akses utama tranportasi orang serta barang dan jasa akhirnya kembali dilanjutkan setelah oprit jembatan tergerus air.

Keterlambatan perbaikan jembatan dan tehnis pembuatan jembatan yang masih jauh dari kata layak itu kini menjadi sorotan publik.

Bahkan Super Structure Pro-B (Ahli Jembatan) pada Concortium Consultant Management OCG-JRIS LRT Jabodebek Project Jakarta, Ir Burhanuddin Abdul selaku putra Taliabu yang jauh dirantau pun ikut angkat bicara.

Berdasarkan hasil tinjauan teknis dan tawaran solusi rancang Ir Burhanuddin, yang dikirim kepada media ini Minggu (05/09/2021) akhir pekan kemarin, jembatan Tipe box culvert beton bertulang bentang pendek, dengan perkiraan panjang bentang 2m sampai 3m yang berada dekat RSUD Bobong itu adalah akses utama tranportasi orang maupun barang dan jasa dari desa Bobong sebagai Ibu Kota Kabupaten menuju desa Ratahaya dan PDAM serta RSUD Kabupaten Pulau Taliabu yang mestinya dapat dilaksanakan tanpa mengabaikan aspek teknis maupun mutunya.

Sebab kata dia, longsor yang terjadi pada oprit jembatan tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan ukuran Jembatan itu sendiri, karena terjadi pada kedua sisi selebar Jembatan dengan kedalaman Longsor sampai pada dasar Box Culvert.

Sebagai Akibatnya, mobilitas masyarakat jadi terganggu karena tak dapat melewatinya. apalagi bila terjadi Emergensi pada pasien yang harus menggunakan mobil Ambulance sangat terkendala.

” Kejadian tanah longsor pada area oprit di kedua sisi jembatan tersebut tentu sangat mengganggu mobilitas orang, barang dan jasa terkhusus aktifitas pelayanan kesehatan menuju rumah sakit. dari sisi usianya, diperkirakan jembatan box culvert itu baru berumur 4 tahun maka tentu kerusakan diusia ini karena dikerjakan tanpa mengedepankan teknis dan mutu” sebutnya.

sebab sang Insinyur itu berargumen bahwa secara Teknis Umur rancangan dalam perencanaan jembatan adalah 75 Tahun, Maka umur 4 tahun adalah umur yang masih sangat mudah bagi sebuah jembatan yang rusak.

untuk itu, berdasarkan informasi dari media online dan data foto jembatan yang ia kumpulkan, Putra daerah asal Taliabu yang berlatar belakang Pendidikan Teknik Sipil itu pun mengaku langsung putar otak agar dapat memberikan sedikit ide sesuai basic keilmuan dan pengalaman yang dimiliki sebagai seorang konsultan.

dan setelah membuat tabel untuk menganalisis dan mengidentifikasi penyebab longsor pada bagian oprit jembatan tersebut maka solusi teknis yang digagas untuk perbaikan akses jembatan ke RSUD Bobong dengan mengedepankan kualitas pembangunan jembatan yang tepat, aman dan tuntas.

Berangkat dari data foto yang dimilikinya, maka ia mencatat informasi teknis structur beton bertulang Box culvert masih stabil dan kuat, ada kemungkinan besar terjadi penurunan secara bersamaan pada Box Culver 10 sampai dengan 30cm dari Posisi sebelum longsor ( Indikatornya Foto View-A2, View-B1 dan View C1).

disamping itu, adanya gap atau celah yang cukup besar pada sisi bawah wing wall sehingga tanah bisa keluar dari area Oprit melalui bawah Wing Wall.

” sebab Level bawah wing wall kurang turun, seharusnya Level bawah wing wall Selevel dengan dasar Pondasi Box Culvert).
Wing wall atau DPT (Dinding Penahan Tanah) ada gap yang cukup besar di sisi bawah sehingga tanah timbunan dengan jenis pasir akan keluar melalui celah ini akibat dead load (beban mati) Tanah itu sendiri, akibat live load / Beban T dan D (Beban Kendaraan) yang melintasi jalan tersebut maupun tekanan air maksimum saat banjir yang bisa mencapai 2Ton sampai dengan 3 Ton tekanan Air pada sisi bawah bila tinggi muka air banjir naik 2m sampai dengan 3m dari dasar tanah” Jelasnya.

Disamping itu lanjutnya, Tidak adanya Pelat Injak beton bertulang pada ke dua sisi oprit untuk mendistribusikan beban hidup sehingga efek ke sisi bawah tekanannya akan berkurang juga tidak terdapat dinding penahan tanah dan pengarah air yg terbuat dari batu kali.

Sementara wing wall tegak lurus terhadap arah datang Tekanan air saat banjir Efek gaya maksimum dan ada tambahan gaya Turbulensi.

Dari data Foto-foto yg saya terima dan Catatan Teknis di atas maka, saya menilai penyebab tanah longsor adalah
Elevasi atau level wing wall beton kurang turun sehingga ada celah sebagai jalan keluar timbunan pasir pada area oprit.

Tidak ada Pondasi pengarah air saat banjir di sisi luar wing wall, biasanya terbuat dari batu kali.
Bila Item 1 & 2 direncanakan dan dilaksanakan dengan metode kerja yan benar dan mengacu ke spesifikasi teknik dan syarat maka Longsor pada oprit tidak akan terjadi. disamping itu, plat Injak tidak ada pada area Oprit, padahal Pelat injak berfungsi mengurangi distribusi beban Kendaraan pada area Oprit, sehingga bila tidak ada Pelat injak maka tegangan tanah yang terjadi akan lebih besar dan menambah cepatnya tanah longsor” paparnya.

Saat ini masih lanjut dia, Aliran air sungai telah mengalir melalui sisi bawah dasar Box culver sehingga menunjukan Pengikisan Tanah telah Menggerus sisi bawah sehingga semakin sulit menghindari penurunan Jembatan dalam hitungan bulan.

” ini menjadi hal yg sulit di kendalikan dan Kondisi ini akan Mengakibatkan Terjadinya Deflekasi seketika bila Tanah sisa yang menahan Struktur pondasi tidak Kuat menopang bangunan box culvert, Itu bisa pasti akan terjadi pada Struktur Box Culvert untuk Jangka Panjang” bebernya.

Ia menambahkan, Penentuan Dasar Pondasi pada jembatan Kurang Turun dari Penentuan Dasar Pondasi yang semestinya di letakkan lebih dalam dari level tanah dasar Minimal di gali 50cm dan sesuai dengan Rekomendasi hasil Soil Test pada level berapa Struktur tanah di anggap cukup kuat menahan beban Jembatan.

” Fungsi lain adalah agar Air tidak Lewat Dasar Pondasi yg pada Akhir terjadi lubang dan lubang makin besar akhir Defleksi akan terjadi” tegasnya.

Solusi Teknis yg di usulkan sebagai ide mengatasi tanah Longsor pada area Oprit adalah
Isi timbunan oprit dengan batu rijang atau batu kali minimal setinggi 50cm dari level bawah wing wall dan lebar dari Pinggir Minimal 2,5m bila tinggi banjir bisa mencapai 2m, timbunlah Tanah di atas batu setebal 20cm untuk perataan kemudian Pasang lembaran geotextile atau Terpal di atas batu sebelum di timbun tanah ke level akhir.

Pemadatan di sarankan layer per layer dengan ketebalan 1 layer 30cm sd. 50cm dan menggunakan baby roller atau stamper kuda.

Sementara pada sisi luar wing wall pasang cerujuk kelas kayu keras/dolken 5cm atau 7cm sejarak 30 cm dibuat Ukuran Kotak selebar 1m sepanjang celah box culvert ke tepi pada area bawah wing wall dan isi dengan karung berisi pasir yg berfungsi sebagai Cover dump Setelah Musim panas segera dibuat dinding pengarah banjir dari material pasangan batu kali pada kedua sisi wing wall.

“demikian Tinjauan teknis dan solusi sebagai konsep penyelesaian mengatasi tanah longsor pada kasus longsornya oprit Jembatan Ratahaya menuju RSUD Kabupaten Pulau Taliabu” tutupnya *,(Jek/ Redaksi).*

Komentar