Kisah dari Pulau Sumatera, Saat Warga Lebih Mengandalkan Merantau

Berita Sidik Kasus.co.id

BANYUASIN – Menetap di wilayah Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) tidak serta merta membuat warga Desa Tanjung Merbau (Merbo), Rambutan, lebih mudah untuk dapat mendulang rupiah.

Desa yang terletak di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) ini, hanya ada satu mata pencaharian bagi penduduk setempat, yakni dengan bekerja serabutan.

Desa bekas sarang PKI itu berada di perbatasan Kota Kota Palembang. Kurangnya perhatian pemerintah setempat, membuat warga desa setempat mengantungkan hidup dengan menjadi buruh lepas harian. Mulai dari memenuhi kebutuhan pokok, sekolah, hingga kesehatan, semua digantungkan pada penghasilan sehari-hari sebagai buruh tani/lepas.

Warga Desa Tanjung Merbo, Tin, 39 tahun, bercerita bahwa dia dan warga desa setempat masih sangat mencintai indonesia, akan tetapi pemerintah setempat tidak mengacuhkan kehadiran mereka.

“Kami tidak punya apa-apa. Kalau diceritakan tentang penderitaan hidup kami di desa ini mungkin sepanjang hari tidak akan pernah habis,” ujar Tin saat Sidikkasus.co.id berkunjung ke Desa Tanjung Merbo, Kamis 31 Desember 2020 pekan lalu.

Orang bilang Indonesia sudah merdeka, kata Tin, ia dan warga setempat tak pernah merasakan nikmatnya kemerdekaan itu. “Jangan heran, kalau ada banyak pengangguran di desa ini,” kata Tin.

Ibu muda satu ini menuturkan, saat ini jumlah pengangguran di desa sekitar sudah mencapai 70 persen. Jika mau mencari uang, mereka merantau ke luar desa ini. Secara administrasi, mereka masih terdaftar sebagai penduduk desa disini, tapi merantau ke luar desa dan jarang pulang. “Keluarga kami ada banyak sekali yang merantau ke luar desa ini,” kata dia.

Kehidupan masyarakat di Desa Tanjung Merbo, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Desa ini memiliki jarak dari Kota Palembang sekitar 15 Kilometer.

Sehari-hari, warga desa setempat bekerja sebagai buruh lepas dan petani. Hasil kebun berupa karet, semua dijual kepada tengkulak. Sebab, akses jalan sudah agak sedikit lebih mudah ke Kota Palembang.

Warga Desa Tanjung Merbo terbiasa berjalan kaki melewati semak belukar untuk menuju ke kebun karet. Baik laki-laki maupun perempuan, mereka sudah terbiasa memikul berkilo-kilo hasil kebun dengan menggunakan sepeda atau motor butut.

Warga keluar masuk ke Kota Palembang tanpa mengantongi surat keterangan resmi hasil pemeriksaan medis (Swab Tes). Maklum, jangankan untuk membayar tes swab, kartu tanda penduduk saja, hanya sekitar setengah warga setempat yang memiliki. Sebab, surat menyurat hanya bisa diurus di kantor Kecamatan setempat jika memiliki uang. Dari Desa Tanjung Merbo menuju Dusun Talang Belukar-Talang Tengah, Sidikkasus.co.id menjajal jalan alternatif provinsi yang baru selesai diperbaiki dengan menggunakan mobil.

Usai menelusuri Dusun Talang Belukar dan Dusun Talang Tengah selama 30 menit, jalanan aspal yang diselimuti oleh tanah galian membuat sopir kami harus beberapa kali menginjak pedal rem.

Satu-satunya yang meringankan beban mereka jika sakit, adalah petugas puskesmas yang bertugas di Puskesmas di Kecamatan Rambutan.

Meski pesimis didengar, namun warga desa setempat tetap berharap agar pemerintah setempat memperhatikan kehidupan mereka. Terutama, untuk akses jalan yang sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari warga.

Warga setempat mengatakan, selama masa pandemi Covid-19, ada banyak warga setempat yang sama sekali tidak menerima bantuan dari pemerintah setempat untuk mereka. Meski hati kami masih merah putih, kata warga setempat, kemerdekaan belum sampai ke Desa Tanjung Merbo.

ADENI ANDRIADI SUMSEL

Komentar