Oleh : Sudarman. Sekretaris PGRI Kab.Banyuwangi
BANYUWANGI – JKN.
Selasa, 09/07/19. Tidak bisa dipungkiri bahwa BRITAMA ARENA Jakarta adlah tempat terjadinya perang kompetensi dan adu strategi ribuan kader militan PGRI.Siapa saja kader militan yang dimaksut? Sebut saja ada Prof.Dr.Agus Suradika, ( Ketua PGRI DKI ), Dr.H Edi Permadi, MMpd ( Ketua PGRI Jabar), Prof.Dr.Wasir Thalib, ( Ketua PGRI Propinsi Sulawesi Selatan), Prof.Dr.Unifa Rosyidi, MPd, ( Ketua Umum PB PGRI), Dr.Ali Rahim ( Ketua PGRI Propinsi NTB) dan masih banyak lagi kader militan PGRI yang hadir saat tanggal 4 Juli sd.7 Juli di tempat tersebut.
Pertanyaanya??
Pantaskah beliau beliau berkompetisi dengan “saudara” sendiri dalam tubuh PGRI?
Jawabannya sangatlah pantas, karana sebenarnya kita semua adalah pribadi – pribadi yg kompetetor sejak di rahim ibunda kita.
Menurut ahli biologi dari jutaan sperma yg dikeluarkan oleh sang ayah untuk berkompetisi membuahi induk telur sang ibu, hanya satu yg berhasil memenangkan “perang” dalam kompetisi tersebut.
Alhasil, dari kompetisi di gedung Britama Arena tersebut muncul dan terpilih sang pemenang sejati yaitu Prof,Dr.Unifa Rosyidi, M.Pd, sebagai Srikadi PGRI untuk mempimpin roda organisasi PGRI 5 tahun mendatang.
Ucapan selamat pada beliau ( Prof.Dr.Unifa Rosyidi, MPd ) mengalir deras tak terbendung, baik dari para pendukung maupun para kompetitor.
Dengan gentleman para “pesaing” dan kompetitor mengucapkan selamat atas terpilihnya Prof.Dr.Unifa Rosyidi, MPd, sebagai Ketua Umum PB PGRI beserta para Ketua, Sekretaris Jendral, dan para Sekretaris Departemennya.
Pertanyaan berikutnya adalah?
Pantaskah mereka ber euforia dengan kemenangan ini?
Saya yang hanya “kader kecil” di rumah besar PGRI ini menjawab sendiri dgn jawaban sangat wajar.Karena mereka memang wajar bergembira merayakan kemenanganya setelah beradu gagasan, beradu ide dan beradu strategi berdasar regulasi yaitu AD dan ART PGRI.
Sampai kapan beliau – beliau ini akan ber euforia dgn kemenangan ini?
Inilah yg harus kita kawal dan awasi bersama.
Zona euforia ini harus di batasi dengan *kewajaran* karena di depan saudara – saudara sudah menanti tugas dan tanggung jawab yang saya bahasakan dengan kata *keniscayaan*
Dalam sambutan selamat datang yang disampaikan oleh ketua umum PGRI, kepada Presiden Republik Indonesia Bpk Joko Widodo, beliau menyampaikan harapan dan keinginan seluruh anggota PGRI se Indonesia bahwa PGRI berharap dan memohon untuk dapat menjadi *ORGANISASI PROFESI* dan “kode” meng iya kan sudah di jawab oleh Presiden dengan mendelegasikan kepada setneg dan para menteri yang saat itu ikut hadir mendampingi beliau dgn satu kata *catat* permintaan Ketua PGRI itu.
“Bapak presiden, kami selalu dan selalu memohon kepada Bapak, bahwa keinginan kami PGRI untuk bisa ditetapkan sebagai organisasi profesi, baik itu melalui Peraturan Pemerintah (PP), atau dengan Peraturan Presiden ( perpres), seperti penetapan Hari Guru Nasioanal ( HGN) yang di samakan dgn hari lahirnya PGRI yaitu tanggal 25 Nopember, yang juga melalui perpres ( dulu Keputusan Presiden)”
Itulah kira kira permohonan Ketua Umum PGRI kepada Presiden Republik Indonesia dalam sambutan selamat datang.
Kode keras ini mengharuskan saudara – saudara yang sekarang terpilih menjadi pengurus PB PGRI untuk berangsur angsur mempersempit kewajaran euforia kemenangan berganti zona pada keniscayaan berjuang demi terwujudkan harapan dan keinginan anggota untuk menjadikan PGRI sebagai organisasi profesi.
Akhirnya saya panjatkan doa kepada semua pengurus PB PGRI terpilih, selamat berjuang untuk segera bisa mewujudkan harapan anggota tersebut dan kami akan selalu menunggu keputusan konggres PGRI masa bhakti XXII tahun 2019 sd 2024.
*Kewajaran* kami maklumi dan *keniscayaan* selalu kami tunggu.
Selamat selamat dan selamat saudaraku.
Eyang Kakung
Banyuwangi
Publisher : Teddy
Komentar