Berita sidikkasus.co.id
Banyuwangi- di ceritakan dalam sekelumit kisah Mahabarata bahwa Negeri Hastinapura merupakan negara besar,kaya akan sumber daya alam.sehingga rakyatnya yang mayoritas petani dan nelayan bisa hidup makmur dan berkecukupan.
Kemajuan Hastinapura tidak lepas dari peran seorang raja yang bijaksana bernama Sentanu.
Singkat cerita setelah Sentanu wafat dan silih bergantinya kepemimpinan raja, sampai lah pada masa raja Destarasta.
Meskipun Hastinapura tetap menjadi kerajaan besar tetapi kesenjangan masyarakatnya semakin timpang.yang kaya dan yang miskin sering terjadi pergolakan sosial.
Dampak nya pun melebar hingga ke bidang pendidikan.
Di Hastinapura sekolahan favorit hanya untuk murid kaya seperti Kurawa dan Pandawa, dan di isi guru-guru pilihan berkompeten tinggi seperti resi Drona.
Tidak semua anak yang mau belajar bisa masuk di sekolah ini.di karenakan biaya yang terlalu mahal untuk membayar uang gedung dan SPP.
meskipun dalam undang-undang dasar nya mengatakan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pendidikan dan pemerintah wajib membiayai.dan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,juga di atur anggaran untuk pendidikan sekurangnya 20% dari APBN dan APBD.
Tetapi ironisnya di negeri merdeka Hastinapura masih banyak sekolah yang secara diam-diam memungut bayaran.
Sistem ini Bagi Ekalawya yang di lahirkan dari golongan keluarga miskin nashada,jelas memberatkan.
walaupun dia mempunyai kemampuan, ketrampilan, kepandaian yang brilian, tetap saja keinginan nya untuk mendapatkan sekolah dan pendidik yang layak baginya akan tertutup.apalagi kalau pendidik yang di harapkan mata duitan.
Keinginan kuat dalam mencari ilmu dari guru Drona idolanya, tidak lantas membuat semangatnya surut berburu ilmu.
Dengan cara sembunyi-sembunyi ekalawya mencuri ilmu Drona yang di ajarkan ke murid-muridnya.hingga dia mampu menjadi yang lebih baik dari semua murid Drona dalam bidang panahan.
Tetapi apa yang terjadi pada ekalawya setelah itu??
Demi gengsi Drona minta tebusan yang tak mungkin terbayar oleh ekalawya yang miskin.
Sebagai gantinya Drona memotong ibu jari ekalawya.
Tamatlah ilmu yang dia raih dengan susah payah selama ini.
Haruskah ada lagi ekalawya baru di negeri merdeka,
yang keinginan untuk belajar harus di kebiri oleh sifat rakus pendidik yang tak mampu di bayar.
Sementara untuk belajar saja di persulit dengan pembiayaan.
Sementara Mbah Google memanjakan pemalas yang tak mau berfikir dan belajar.
( Faruk Wahyudi)
Komentar