Kerja Keras Kelompok Dalam Mengelola RHL di Kawasan Desa Mandau Baru

Berita Sidikkasus.co.id

MELAWI – KALBAR – Rehabilitasi hutan lindung (RHL) untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan, sehingga kawasan hutan yang di maksud bisa berfungsi sebagai pelindung daerah aliran sungai,mencegah bencana banjir, tanah longsor, erosi sekaligus untuk meningkatkan sumber daya hutan dan lahan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat serta menjaga ekosistem keanekaragaman hayati sebagai tempat berkembangbiaknya. Sabtu (25/06/2022).

“Pada hari Sabtu tim awak media invetigasi langsung menelusuri Kegiatan Pembuatan tanaman Rehabilitasi hutan dan lahan(RHL) yang di kerjakan pada tahun 2019 sd 2021 bersumber dari dana APBN pelaksananya BPDASHL kapuas,lokasi area hutan dan lahan Bukit Mancung tepatnya yang berada di dusun catet desa Mandau baru kecamatan Pinoh selatan kabupaten Melawi seluas 450 hektar, adapun jenis kegiatan penanaman kayu gaharu dan jenis hasil hutan bukan kayu (HHBK) karet, jengkol dan durian.

Dalam penelusuran awak media di dapati tanaman yang rusak dan mati di beberapa titik lokasi rehabilitasi hutan dan lahan, untuk mencari informasi yang akurat kami mendatangi pekerja yang kebetulan asli masyarakat pribumi yang berada di sekitar dusun-dusun di desa Mandau baru.

Pak Sutarmo 53 tahun warga dusun melaban satu (1) desa Mandau baru memberi tahu pada awak media bahwanya pernah ikut bekerja RHL dalam proses tebang jalur sampai dengan penanaman tetapi tidak sampai selesai sekitar semingguan,sehari bisa mencapai 3 jalur sampai 5 jalur tergantung lokasi Medan dan cuaca,perhari upah yang saya terima 100.000 rupiah.ucapnya”.


“Begitu juga pak leget 52 tahun yang berbeda kelompok, warga dusun melaban dua (2) mengatakan ikut menanam yang sehari cuma dapat 2 jalur upahpun sama 100.000,00 juga di karenakan lokasi yang sangat Sulit dan faktor usia juga.

Kristiman 48 tahun warga dusun catet desa Mandau baru salah seorang ketua kelompok menyampaikan bahwa berkerja dari proses tahap demi tahap mulai dari pembibitan, pembersihan, penyulaman, pendangiran, pemupukan serta perawatan itu di kerjakan oleh setiap kelompok biasa berjumlah 8 sampai 10 orang juga areal rehabilitasi hutan dan lahan di tempat kami 450 hektar dan di kerjakan sampai dengan 18 kelompok kerja.


“Adapun tanaman yang rusak atau mati di sebabkan ada hama binatang, semacam landak sering menggigit dan menggali jengkol dan durian sedangkan karet dan gaharu tidak mau. Bibit yang sudah di tanam seperti jengkol dan durian mengandung bau yang membuat binatang landak tertarik.ucap”kristiman.

Pohon yang kurang cocok di lahan yang kami tanam adalah durian,karena sering mati padahal sudah di pupuk dan di rawat, kamipun kalau menanam di ladang sendiri susah tumbuh kebanyakan mati kalau pohon durian tanam 10 syukur syukur 1 yang hidup,kalau kami tiap kelompok harus menjaga mana mungkin pohon yg sudah tertanam dengan areal seluas ini”ucap kristiman.

“Kristiman menyampaikan setiap kegiatan selesai di kerjakan, sering sekali ke lokasi mendampingi tim pengawasan dan penilaian penanaman RHL, ibu Luluk, bapak Reno dan bapak pace, hampir setiap jalur untuk diambil titik koordinat. Kami masing-masing setiap kelompok betul betul bekerja sesuai prosedur dan arahan yang telah diberikan oleh pengawas kepada setiap kelompok sampai dengan tujuan hasil yang maksimal,
Usaha pemeliharaan kelompok masyarakat tetap dilakukan sampai saat ini sudah maksimal dalam kegiatan RHL. Tetapi karena struktur tanah yg sudah lama mati, dan sangat gersang serta serangan hama, kelompok pekerja kecewa karena hasil yg mereka kerjakan tidak sesuai yg di harapkan walaupun sudah dilakukan penyulaman berulang-ulang..

Saya sangat mengharapkan kepada BPDASHL Kapuas kalau memungkinkan untuk menindak lanjuti pohon yang mati dan dirusak hama landak untuk diganti ke pohon karet dan gaharu karena itu hasilnya bisa memberikan manfaat ekonomis untuk masyarakat di sekitar kawasan lahan yang di reahabilitasi”.ujar kristiman.


Publish: Sofyan.m

Komentar