Berita,Sidikkasus.co.id
PEMERINTAH melalui Kementrian Agama, sudah menetapkan hari raya Idul Fitri 1441 Hijiriah, jatuh pada Minggu 24 Mei 2020.
Namun, pengurus Pondok Pesantren Mahfilud Duror di Desa Suger Kidul, Kecamatan Jelbuk, Jember, Jawa Timur memiliki hitungan lain.
Mereka hari ini, Sabtu (23/05) melaksanakan salat Idul Fitri 1441 H mendahului penetapan pemerintah.
Pengasuh Pondok Pesantren Mahfilud Duror, KH Ali Wafa, kepada wartawan mengungkapkan, pelaksanaan Salat Idul Fitri di pesantren tersebut, dilaksanakan lebih awal atau satu hari mendahului ketetapan pemerintah yang sudah dijalankan sejak lama secara turun temurun.
“Sejak tahun 1911 Masehi kami menjalankan, ketika kakek saya mendirikan pesantren ini,” ungkap KH Ali Wafa, Sabtu, (23/5).
Penetapan tersebut, dilaksanakan berdasarkan perhitungan tanggal, bukan melihat bulan seperti yang dilakukan pemerintah.
“Dasarnya dari kitab Nazhatul Majalis, yang ditulis Syaikh Abdurrohman as-Sufuri as-Syafii. Kitab ini diajarkan oleh guru kakek saya, yakni KH Abdul Hamid Itsbat, dari Banyuanyar, Madura,” jelas KH Ali Wafa.
KH Ali Wafa sendiri, merupakan generasi ketiga dari pengasuh pesantren ini. Saat masih kecil, Ali Wafa mengaku tidak tau sama sekali mengenai dasar penetapan awal puasa dan lebaran.
Kemudian setelah sang kakek menyuruhnya menuntut ilmu, yang sama dengan kakeknya akhirnya ia mengerti dan tahu tentang bagaimana penetapan tersebut.
“Setelah saya mondok di pesantren di Madura, saya akhirnya bisa tahu kitab ini (kitap Nazhatul Majalis), yang menjadi dasar penetapan Idul Fitri dan awal puasa Ramadan,” kata pria yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Bata-Bata, Madura itu.
Di dalam kitab tersebut, jelas dia, terdapat pendapat hukum dari imam terkemuka yang juga keturunan Nabi, yakni Imam Ja’far Shodiq yang menyatakan bahwa lima hari dari awal ramadan yang pertama, ini akan menjadi awal ramadan pada tahun berikutnya.
“Tahun lalu, kita mengawali Ramadhan pada hari Minggu, sehingga tahun ini mundur menjadi hari Kamis. Kemudian puasa ramadan, saya genapkan 30 hari, sehingga 1 Syawal jatuh pada hari ini,” papar KH Ali Wafa.
Karena melalui perhitungan KH Ali Wafa biasa melakukan penetapan untuk beberapa tahun sekaligus. Selama rentang waktu tersebut, bahkan perhitungan itu bisa terjadi persamaan dengan pemerintah, meski lebih sering berbeda.
“Saya ijtihad melakukan penetapannya untuk lima hingga delapan tahun ke depan. Tidak selalu berbeda. Dalam lima tahun misalnya, ada dua hingga tiga kali lebaran yang sama dengan pemerintah. Tetapi perbedaannya tidak pernah lebih dari satu hari,” jelas KH Ali Wafa.(Anto Narasoma)
Komentar