Berita Sidik Kasus.co.id
BANYUASIN – Delapan tahun sudah, ekonomi masyarakat petani dan buruh, di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) tidak stabil.
Semua petani buruh dan pedagang, di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), mulai mempertanyakan kinerja pemerintah daerah dalam menyikapi dan menindak lanjuti berbagai kesenjangan ekonomi, agar kesejahteraan dan kemakmuran yang dijanjikan bisa terwujud.
Seperti halnya harga karet karena sampai hari ini masih berada dibawah normal. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat setempat karena dampak merosotnya harga karet akan meningkatkan tingkat kriminalitas di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin,” kata Nang (55) petani karet di Desa Rambutan, Selasa (20/10).
Hampir setiap malam kami selalu bermimpi, pemerintah segera menepati janjinya untuk segera menaikkan harga karet karena komoditas masyarakat di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin adalah penyadap karet. Dengan harga sangat merosot berkisar Rp 6.800 perkilo seperti ini, jelas menjadikan petani karet seperti kami menjerit.
Harga kebutuhan pokok terus meningkat, ini jelas menambah berat beban kami sebagai orang kecil. Hidup kami hanya bergantung pada kebun karet,” tuturnya.
Pendapatan buruh seperti saya harus dibagi dua dengan pemilik kebun. Hasil dalam satu minggu Rp 6.80.000 harus dibagi dua dengan pemilik kebun. Pendapatan saya hanya Rp 3.40.000 satu minggu,” ungkapnya.
Persoalan ini seharusnya menjadi perhatian serius dari pemerintah. Karena hanya dengan uang Rp 3.40.000 perminggu saya sama sekali tidak mencukupi kebutuhan keluarga saya.
Kami mewakili petani dan buruh di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, kami meminta kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib kami. Kalau harga karet tidak segera di stabilkan, bagaimana mungkin anak-anak kami bisah meneruskan pendidikan kebangku kuliah,” kata Tuti (34) warga Desa Rambutan, Selasa, (20/10).
YESI/MENA/JONI
Komentar