Gabah Petani Sumsel Merosot

Berita Sidik Kasus.cp.id

OKI – Harga gabah milik petani di 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan (Sumsel) terus merosot menyusul rencana pemerintah untuk kembali melakukan impor beras tahun ini. Petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), misalnya, kaget ketika gabah yang mereka jual dibeli dengan harga murah.

“Satu bulan lalu harga gabah kering masih normal. Sekarang menjadi Rp 43000 perkaleng,” ujar Husin, 52 tahun, seorang petani di Kecamatan Jejawi, Minggu 3 Januari 2021 sore.

Husin khawatir harga gabah terus merosot apabila pemerintah tidak mengawasi peredaran beras impor secara ketat. Bukti dampak impor beras terhadap petani, menurut dia, sudah jelas dengan turunnya harga gabah diatas.

“Pemerintah harus menjamin jika kebijakan impor beras hanya melalui satu pintu, distribusi baik ditingkat konsumen ataupun pedagang di pasar,” ujarnya.

“Petani merugi karena beras impor bebas diperdagangkan di pasaran. Akibatnya tata niaga beras menjatuhkan harga gabah petani,” kata Saipul, 54 tahun, petani asal Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, Minggu 3 Januari 2021 siang.

Dari pantauan Sidikkasus.co.id tiga pekan lalu harga gabah kering sawah di 17 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan (Sumsel), cenderung turun drastis. Ratusan pengusaha penggilingan padi di Sumatera Selatan mengaku mendapat keluhan dari petani yang mengerutu saat akan menjual gabahnya karena harga murah.

Dibukanya keran impor beras tahun 2020 lalu justru disambut dingin oleh pedagang beras. Menurut Toni, salah satu pedagang di Kabupaten Ogan Ilir (OI), impor beras memang ditakuti oleh petani. “Stok beras nasional kecil. Dengan alasan untuk memenuhi kekurangan maka keran impor beras dibuka. Toh beras impor dijual tidak cuma di daerah yang memiliki kekurangan beras,” ujar Toni.

“Impor akan merugikan petani,” ujar Jumadi salah seorang Kepala Desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel).

ADENI ANDRIADI SUMSEL

Komentar