BANYUWANGI, JKN – Rabu,7/11/18.Warga Desa Sukojati Kecamatan Blimbingsari Banyuwangi, mengadakan Festival Nyapar Bareng atau membuat Jenang Sapar secara bersama-sama. Dengan memakai pakaian adat Jawa, emak-emak ini memasak Jenang Sapar. Mereka membuat bola-bola kecil yang terbuat dari Tepung Ketan yang sudah diolah. Setelah banyak, bola-bola kecil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam santan yang sudah mendidih, kemudian diaduk.
Untuk menambah aroma harum, warga biasanya memberi adonan Jenang Sapar tersebut dengan Daun Pandan dan Nangka serta Durian. Setelah warnanya berubah, Jenang Sapar siap untuk dikonsumsi. Agar makannya lebih nikmat, Jenang Sapar yang sudah jadi ditaruh di takir atau tempat khusus yang terbuat dari daun pisang.
“Lebih nikmatnya kita gunakan alas daun, sendoknya juga pakai dari daun biar aromanya lebih nikmat jika menggunakan daun,” ucap Dewi, salah satu warga.
Mereka selalu membuat Jenang Sapar setiap tahun. “Tapi untuk momen seperti ini (festival), baru kali ini kita melaksanakannya,” ujar Untung Suripno, Kepala Desa Sukojati.
Usai sesepuh Desa berdoa, dalam hal ini yang di percayakan memimpin do,a KH. syaibani, warga pun akhirnya melakukan gembul bujono atau makan bersama Jenang Sapar yang sudah jadi tersebut.
Bagi warga, Jenang Sapar merupakan Kuliner hasil kebudayaan masyarakat Indonesia, yang mengakar sejak zaman Hindu dan era Wali Songo. Hingga kini, Jenang Sapar selalu hadir setiap Bulan Sapar sebagai simbol ungkapan rasa syukur atas karunia hasil ciptaan Tuhan.
Teksturnya yang kenyal dan lengket dapat diartikan sebagai sarana yang mampu membangun hubungan kebersamaan antar kerabat dan tetangga.
“Ini digambarkan oleh sesepuh Desa Sukojati pada waktu yang lampau, Almarhum KH. Alimi, pada waktu itu menyerukan kepada seluruh masyarakat Sukojati agar setiap Bulan Sapar hari Rabo pungkasan masyarakat khususnya Desa Sukojati pada pagi buta hari Rabo sekitaran jam 5 an pada mandi di laut Pantai Sukojati,
Pada waktu itu seluruh masyarakat Desa Sukokati pada adus-adusan ( mandi – mandi) di pantai, mulai dari anak-anak sampai orang tua. Yang intinya buang sial atau terhindar dari mara bahaya.
Pada Bulan Sapar Jenang Sapar tersebut mengambarkan suatu bentuk persatuan. Ini dibuktikan bentuk jenang yang kenyal ditambahi oleh kuah yang lengket, supaya warga bisa menjalin kerukunan bersama,” imbuhnya.
Ke depan, festival ini akan rutin digelar setiap tahunnya. Selain untuk melestarikan adat, festival ini cukup ampuh untuk meningkatkan keakraban antarkerabat dan tetangga.
Ribuan takir (wadah dari daun) berisi jenang ludes dalam hitungan menit dirayah atau diperebutkan oleh warga yang memadati kawasan. Puncak acara tentu saja pembagian takir jenang yang tersaji di depan panggung utama. Berbagai ragam jenang tersebut merupakan hasil karya dari sejumlah kelompok PKK
Hanya dalam hitungan menit, jenang yang tersaji di panggung langsung diserbu warga. Tak hanya itu, puluhan stan yang menyediakan beraneka ragam jenang juga ikut dirayah warga. Pembagian ribuan takir jenang dilakukan secara gratis.
Untuk menambah suasana semakin ramai, Masyarakat di suguhkan dengan music Marching Band dari saah satu Sekolah yang ada di Kec. Blimbingsari. Acara tersebut di lanjutkan pada malam hari di Balai Desa Sukojati, Masyarakat Desa berbondong-bondong mendatangi Balai Desa, yang mana sudah tersedia berbagai hiburan untuk menghibur masyarakat Desa Sukojati. ( Tim)
Komentar