Berita Sidikkasus.co.id
Probolinggo – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo kerja bareng mitra lingkungan hidup menggelar aksi clean up dan berbagi masker kepada masyarakat, Minggu (21/2). Tak disangka, aksi yang berlangsung mulai pukul 07.00 hingga 09.00 itu menghasilkan 570 kg sampah saat ditimbang di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bestari.
Lima lokasi sasaran clean up di Jalan Pahlawan (pertigaan Jalan Niaga sampai pertigaan Jalan Cokroaminoto), Jalan Pahlawan (pertigaan Jalan Cokroaminoto sampai tempat cucian mobil menuju Brak), Jalan Dr Saleh, Jalan Dr Sutomo dan Alun-alun Kota Probolinggo.
Pada aksi tersebut DLH melibatkan mitra lingkungan hidup terdiri dari Paguyuban Peduli Sampah (Papesa), Saka Kalpataru, Formalis (Forum Masyarakat Peduli Sungai), Laskar Hijau, Forjamansa (Forum Manajemen Sampah), Kwarcab, Paguyuban Becak, KPL (Kader Penggerak Lingkungan), Penyandang Disabilitas, Komtari (Komunitas Pelestari Keanekaragaman Hayati), Bebek Pro (Bersih-Bersih Kali Probolinggo).
“Hasilnya lumayan cukup banyak, 500 sekian kilo, kurang lebih setengah ton. Kami berharap ke depan kegiatan seperti ini bisa terus dipertahankan. Kami dari Pemerintah Kota Probolinggo mengucapkan selamat Hari Peduli Sampah Nasional 2021, dengan tema sampah sebagai bahan baku ekonomi di masa pandemi, sinergi ini tidak berhenti hari ini saja tapi ke depan bisa kita tingkatkan,” tegas Kepala DLH Rachmadeta Antariksa, saat di TPA Bestari.
Diakui oleh Deta-panggilan akrab Kepala DLH, bahwa sampah yang masuk ke TPA terus meningkat. Bak penampungan pembuangan sampah yang luasannya sekitar setengah hektar sudah mencapai ketinggian 8 meter (2 meter ke bawah, 6 meter ke atas). Tahun 2022-2023 DLH harus menyiapkan bak penampungan baru.
“Menyikapi sampah yang terus meningkat ini kami terus mengedukasi masyarakat, ada tim mitra-mitra yang nantinya membantu Pemkot khususnya DLH. Solusi dari sampah ini adalah pengelolaan sampai melalui komposting, namun lagi-lagi sampah plastik terlalu banyak. Jadi pemilahan sampah di rumah-rumah harus terus digalakkan,” terang Deta.
Sementara itu, Ketua Papesa Syaifudin, salah satu mitra DLH yang ikut berpartisipasi dalam clean up mengatakan, melalui kegiatan ini ingin mengingatkan kembali kalau sampah harus dikelola bersama. “Ini (sampah) bukan tanggung jawab pemerintah saja, tapi masyarakat juga untuk ikut pengolahan sampah,” ujarnya.
Sesuai tema HSPN tahun 2021 membuat sampah menjadi bahan baku ekonomi di masa pandemi, lanjut Syaifudin, nantinya industri juga bisa menggunakan bahan baku dari sehingga jadi green industry dan secular economy. Jadi, sampah tidak harus terbuang menumpuk di TPA, kuncinya adalah pemilahan dari sumber sampah khususnya masyarakat di tingkat rumah tangga.
Papesa berharap, seluruh komponen masyarakat, pemerintah dan industri menjalankan peran masing-masing. “Mari lakukan peran secara bertanggung jawab. Untuk masyarakat bukan aturan yang mewajibkan melakukan pengelolaan tapi sadarkah kalau kita ramah lingkungan, maka lingkungan akan ramah pada kita,” ujar Syaifudin.
Beri Bingkisan Untuk Pegiat Lingkungan Di hari yang istimewa ini, DLH juga berbagi bingkisan berupa kelengkapan alat bekerja bagi dua pegiat lingkungan di Kota Probolinggo. Ialah Sukardi, pemilik Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Al Huda di Kelurahan Curah Grinting, Kecamatan Kanigaran dan Basori, pengolah kompos, warga Jalan Soekarno Hatta Gang Sumber Penang, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan.
Lokasi pertama yang didatangi Kepala DLH Rachmadeta Antariksa, Sekretaris DLH Retno Wandansari dan Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kemitraan Lingkungan (P2KLH) Suciati Ningsih adalah Sukardi. Warga yang tinggal di Kelurahan Triwung Lor, Kecamatan Kademangan itu mengolah sampah makanan yang ia dapat dari sebuah pabrik, limbah tepung gandum, limbah kopra dan sampah yang dibuang oleh masyarakat di lahan pribadinya.
Sejak 13 Agustus 2020, sampah itu diolah menjadi pakan ikan. Bahkan kini pakan ikan miliknya sudah punya hasil lab dan bersertifikat. Dalam satu bulan, Sukardi bisa menghasilkan 1 kuintal pakan ikan. Ia menjualnya dengan harga Rp 6 ribu per kilogram. Sebelumnya, hasil produksi pakan ikannya hanya dipakai sendiri namun kemudian banyak dibeli orang.
“Terima kasih untuk DLH atas perhatian dan bingkisannya ini,” ujar Sukardi yang mengaku ingin mendapat pembinaan dan difasilitasi dalam pengemasan serta pemasaran produk pakan ikannya ini.
Sementara itu, Basori, buruh tani yang mengolah sampah untuk kompos juga mengaku senang mendapat sepatu karet dan sarung tangan karet. “Kok tahu saya butuh ini, saya habis kena paku. Saya ucapkan terima kasih. Senang saya punya ini,” terangnya girang.
Basori baru dua bulan mengolah kompos dan menghasilkan 1 ton 700 kg. Kebanyakan hasil komposnya dibeli oleh PT KTI. Ia mengaku bisa membuat pupuk kompos setelah melihat pengolahan di DLH. (yulio)
Komentar