BANYUWANGI, (JKN) – Kamis, 12/04/2018. Masih segar dalam ingatan kita, ketika terang bulan anak – anak Tempo dulu bermain – main di bawah terangnya bulan, dengan menyanyikan lagu – lagu dolanan sebagai berikut :
E…dayohe teko
E…beberno kloso
E…klosone bedah
E…tambalen jadah
E…jadahe mambu
E…pakakno asu
E…asune mati
E…buwaken kali
Mungkin dari lagu dolanan anak – anak Tempo dulu itu ada kesan bahwa orang-orang dari dulu hingga sekarang , orang biasa buang sampah di sungai bahkan di sembarang tempat. Sebagaimana sampah rumah tangga atau orang menyebut sampah domestik di desa Tembokrejo yang setiap hari semakin menggunung sampai mencapai berton – ton. Karuan saja bau busuk yang ditimbulkannya menyengat hidung para warga yang ada di tempat itu. Di samping bau busuk yang menyengat hidung, sejauh mata memandang yang tampak beribu – ribu lalat beterbangan , yang sungguh sangat menjijikkan dan sangat merusak pemandangan.
Drs. Lukman Hakim, MSi Camat Muncar Kabupaten Banyuwangi didampingi Sumartono, SH Kepala Desa Tembokrejo, dan Andre Penggiat Proyek Stoping The Top On Ocean Plastik ( STOP ) pada Minggu 1 April 2018 turun langsung ke lapangan demi menanggulangi masalah sampah yang ada di Tembokrejo . ” Aliran sungai di Kalimoro menjadi target awal untuk menjaring sampah lalu dibuang ke tempat pengelolaan sampah yang berada di desa Tembokrejo “, kata Drs Lukman Hakim, MSi.
Masih menurut keterangan camat Muncar ini dirinya akan menata program bersama Andre dan akan terus menggenjot kegiatan tersebut hingga sesuai target ke depan. Karena sampah atau limbah terutama dari sisa hasil rumah tangga ini sangat berbahaya bila mencemari lingkungan apalagi sampah sangat sulit diurai oleh bakteri . ” Selain sungai Kalimoro ke depannya bibir pantai yang ada di Desa Tembokrejo, Desa Kedungrejo, Desa Wringin putih akan dijadikan tempat kampanye tentang masalah sampah dan akan dilakukan pembersihan sampah terutama sampah plastik”, ungkap Drs Lukman Hakim, MSi menambahkan.
(JOK)
Komentar