Berita Sidikkasus.co.id
TIDORE KEPULAUAN ~ Rintikan hujan bulan juli tepatnya tanggal 2 hingga kini 7 Juli 2020 (Kemarin), sedikit mengempar pada deratan oba kota tidore kepulauan, banjirpun datang menyapa dengan ketinggian 1 sampai 2 Meter membuat kebanyakan masyarakat oba gagal panen atau kebanyakan tanaman para masyarakat mengalami kerusakan total, dan bahkan juga hujan juli kali ini membuat rumah rumah dari sebagian masyarakat oba terbenam.
Tak hanya perumahan yang dilanda air. Jalan rayapun yang menyebabkan kenderaan beroda dua dan empat kesulitan berlalu lalang.
Sementara itu, Salah satu Mahasiswa Kosa kecamatan Oba kota tidore kepulauan Fikram sabar, saat dikonfirmasi melalui via Mesengger, Senin 6 Juli 2020, Malam Mengatakan, Persoalan banjir di Kecamatan Oba Kota Tidore Kepulauan. Bahwasan penyebabnya kebanjiran karena meluapnya air dikali kayu laka yang berada dibelakang desa kosa yang menurutnya juga dikerjakan oleh pemkot tikep yang pada sejauh ini belum diselesaikan.
“Persoalan banjir pada kecamatan Oba kota tidore kepulauan, yang juga beberapa desa salah satunya desa kosa bukan hal baru yang asing dirasakan oleh torang sebagai masyarakat oba tetapi ini suda terus menerus dirasakan masyarakat oba pada khusunya desa ini jikalau pada saat hujan deras” Tuturnya.
Berangkat dari situ pula Fikram juga meminta pemkot tikep harus buka mata dan membuka telingga, jangan hanya menutup mata seolah olah telingga pun juga tidak pula mendengar rintihan rakyat.
“Pemerintah dari tikep harus dorang peka deng keadaan yang ada. Harus peka atas kegagalan yang dialami jangan hanya bikin diri babadiam diatas spons dan kursi yang empuk, sementara torang masyarakat oba yang terdampak kebanjiran itu sanggat membutuhkan perhatian dari pemkot” Pankasnya.
Sementara itu tidak jauh berbedah pendapat dengan Pipit vitasari salah satu mahasiswa Tayawi kecamatan Oba kota tidore kepulauan dalam akun medianya,
“Banjir yang melanda pada detaran oba, yang harus dijadikan sebuah pertanyaan sistem normalisasi kali apa tidak berfungsi? Irigasi dan saluran air yang dibuat seakan akan memperjelaskan bahwa seluruh upaya yang dilakukan hanya formalitas semata. Istilahnya gali lubang tutup lubang.” Katanya, tak berhenti disitu pula.
Ia juga mengatakan bahwa hal hal seperti ini sudah seharusnya menjadi PR bagi pemerintah tikep serta masyarakat meinggat maluku utara memiliki iklim tropis dengan cuaca yang tidak menenentu dengan rata rata wilayahnya yang merupakan kepulauan serta memiliki iklim tropis dengan cuaca yang tak menentu.
“Untuk pemerintah dan segenap masyarakat sebenarnya ini harus menjadi Pr terbesar dan kembali untuk torang kaji lebih mendalam, bagaimana alur dari sistem pembuangan air, semestinya dari hulu ke hilir sehingga tidak menimbulkan banjir.” Pungkasnya.
Harapnya juga dalam akun media kedepannya untuk pemerintah dan masyakarat lebih sigap dan tanggap dalam menenggani masalah ini serta jangan menangap hal hal kecil sebagai hal yang mudah. Sebab sesungguhnya kebijaksaan akan mengorbankan atau merugikan yang lain pula, sumber.”
BURHANUDDIN ZHAMAL (GERAKAN MAHASISWA OBA)
(tim)
Komentar