Berita Jejakkasusnews.co.id
Lumajang, JKN. Bertempat di Gedung KWT Wonerojo Kecamatan Kedungjajang, kemarin (10/09), Kapolres Lumajang, AKBP. DR. Muhammad Arsal Sahban, SH., SIK., MM., MH., memberikan kuliah umum kepada 500 mahasiswa dan mahasiswi universitas terbuka dalam peningkatan wawasan kebhinekaan.
Kapolres menceritakan tentang hebatnya Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Sebuah semboyan yang menyatukan bangsa Indonesia walaupun memiliki 1340 suku, 742 bahasa, 4 ras dan juga agama yang berbeda-beda.
Dalam pembekalannya Kapolres juga menyinggung Uni Soviet, sebuah negara dengan kekuatan ekonomi, politik dan militer yang luar biasa. Bahkan dulunya pernah menjadi salah satu pemegang hegemoni dunia bersama Amerika Serikat. Namun negara super power tersebut saat ini hanyalah tinggal kenangan, karena negara tersebut pecah menjadi 15 negara-negara kecil.
Kapolres kemudian menanyakan kepada para siswa, Apakah Indonesia akan pecah menjadi beberapa negara atau tidak.?!. jawabanpun beraneka ragam.
Fansilia eka putri, salah satu mahasiswi menjawab “negara kita akan pecah kalau masyarakatnya masih seperti saat ini. yang suka mabuk-mabukan dan menggunakan narkoba”
Selain itu, Redo Daniarsah menjawab “negara kita akan tetap utuh karena ada Bhinneka Tuggal Ika. jadi walau beda beda agama, suku maupun ras, Indonesia akan tetap utuh.
Kapolres Lumajang pun menjawab, bahwa ada 2 faktor penyebab pecahnya sebuah negara yaitu faktor Internal dan faktor Eksternal. Faktor internal tentang membangun kelas menengah. Bila negara didominasi kelas menengah, masyarakatnya akan lebih dewasa dalam memahami demokrasi. sedangkan negara yang didominasi kelas bawah akan sangat rentan untuk munculnya konflik. pecahnya sebuah negara biasanya diawali oleh konflik-konflik kecil yang kemudian berkembang menjadi besar.
Dari Faktor Eksternal yaitu berkaitan dengan hubungan antar negara. dunia saat ini dikuasai oleh kekuasaan barat yg disebut Monopolar. Sehingga bisa memaksakan paham-pahamnya di gunakan oleh negara lain dengan standar negara pemegang hegemoni dunia tersebut. seperti standar demokrasi, maupun infiltrasi melalui budaya. Saat Kapolres menanyakan tentang Gundala Putera Petir, tidak ada satupun siswa yang tahu. tapi saat menanyakan Batman, semua siswa angkat tangan tanda mengetahui. Ini artinya, infiltrasi budaya barat sangat deras masuk ke Indonesia, padahal Indonesia juga punya super hero dengan nilai-nilai yang lebih mengindonesia.
AKBP Muhammad Arsal Sahban, SH., SIK., MM., MH., yang juga merupakan alumnus S3 Unpad bandung jurusan hukum bisnis ini menyampaikan, “sengaja saya menanyakan pertanyaan yang sensistif kepada generasi muda kita ini, supaya mereka mulai berpikir tentang situasi yang kita hadapi saat ini. Potensi-potensi konflik yang dapat berakibat kepada disintegrasi bangsa terjadi hanya karena perbedaan pandangan, yang kemudian menyebabkan polarisasi dalam masyarakat. Masa-masa Pemilihan Pemilu serentak tahun 2019 sebelumnya bisa menjadi referensi, bagaimana potensi konflik yang sangat tinggi. Hoax telah menjadi santapan kita sehari-hari, bahkan terjadi konflik terbuka di depan Bawaslu yang menyebabkan beberapa anak bangsa kita meninggal, serta adanya penyerangan kepada kantor-kantor polisi dan asrama Polisi,” ujar putra makassar ini
“Saat ini kita mendapatkan bonus demografi, dimana banyaknya kelas menegah yang tumbuh sangat luar biasa. Kelebihan ini harus dimanfaatkan dengan baik untuk menumbuhkan middle class. Inilah jalan terbaik untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujar Arsal yang juga alumnus S2 di UGM yogyakarta dan Alumnus S1 di UNS Solo.
Reporter: Riaman
Komentar