Berita sidikkasus.co.id.
SULTRA – Aliansi mahasiswa institut agama islam negeri kendari menolak kedatangan 500 orang Tenaga kerja asing cina disulawe tenggara (IAIN-TKA-SULTRA)
Demontrasi penolakan kedatangan 500 TKA China di Sulawesi Tenggara terus di dilakukan oleh aliansi mahasiswa maupun organisasi kampus.
Mentri pergerakan mahasiswa fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan institut agama islam Kendari (FATIK-IAIN)- Fahrurrizal dan penangung jawab Ormas gerbong Insan Merah Putih Sarwan, Dendi Aditia dan Pemrin menuturkan, hari ini mereka melakukan demonstrasi guna menolak kedatangan 500 TKA China yang hadir di Sultra dengan beberapa tuntutan.
Kepada pemda sulawesi tenggara terkhusus gubernur Ali Mazi serta jajaranya, ketika mengambil suatu kebijakan dalam penetapan datangnya tenaga kerja asing di bumi Anoa sulawesi tenggara Seharusnya melihat dan menelisik sesuai kondisi keadaan wilayah sulawesi tenggara.
Dari sisi negatif yang pertama kita berada pada masa pandemi. Secara sosial dan ini mengancam keselamatan masyarakat yang ada di sulawesi tenggara. Yang kedua, kami menolak kedatangan china karna pengangguran di bumi anoa sulawesi tenggara begitu banyak.
Sehingga secara kalkulasi data pengangguran mencapai 80 %. dimana rasa kemanusian ketika pemda memperkerjakan tenaga kerja asing sementara masyarakat sulawesi tenggara.
banyak pengangguran dan ini merugikan masyarakat sulawesi tenggara khususnya kabupaten konawe, Ini masalah besar kita bersama. Tuturnya saat di hubungi Via Watshap (22-juni-2020)
ketika kami menuntut penolakan dikarnakan dari diksi kalimat pak gebernur dan ketua dewan perwakilan rakyat (DPR)-tidak konsisten atas kebijakan serta argumentasi terhadap masyarakat tidak nyata sesuai dengan katanya. Kemana citra kewibawaan seorang pemerintah yg berintekritas ?
Maka kami dari aliansi mahasiswa dan masyarakat akan melawan dan terus menolak keras atas adanya 500 tenaga kerja asing agar penggurangan disulawesi tenggara bisa diminalisir dan generasi kami tidak menjadi budak di Negeri sendiri.
kameramen :faisal
Editor Rahmat Taslim SH.
Komentar