Holil, nelayan Puger, Jember
Berita sidikkasus.co.id
JEMBER – Ribuan nelayan Puger Jember mengeluh, pasalnya sudah tiga pekan mengaku kesulitan untuk mendapatkan BBM jenis solar bersubsidi.Masyarakat berharap Pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) Jember bisa memberikan solusi terkait hal ini.
Salah seorang nelayan Puger, Holil menuturkan, untuk mendapatkan Solar subsidi para nelayan setiap pagi harus antri panjang di stasiun pengisian solar alias solar pack dealer nelayan (SPDN).Saat ini merupakan cuaca bagus dan musim ikan cukup baik bagi pencaharian nelayan. “Antrian panjang ini bisa berjam-jam bahkan bisa sampai seharian,” kata Holil, Minggu (5/9/2021).
Selain antrian panjang, para nelayan juga seringkali tidak mendapatkan pembelian sesuai dengan kapasitas mesin perahu dan dibatasi hanya separuh pembelian.
Dengan sulitnya mendapatkan bahan bakar solar di SPDN Puger, maka juga mengharuskan para nelayan untuk membeli solar subsidi di SPBU di Puger. “Kalau beli solar subsidi di SPBU, maka harus ada surat pengantar dari pihak terkait sesuai dengan kapasitas mesin perahu yakni UPT Dinas Kelautan Perikanan Pemprov Jatim di Jember, pihak Syahbandar serta UPT Pelabuhan Perikanan Puger. Di SPBU saat beli solar ya sama juga antri panjang bahkan menginap disana agar kebagian solar,” katanya.
Selain itu untuk pembelian solar di SPBU juga sama dengan di SPDN yakni dijatah separuh dari pembelian. Kondisi perahu nelayan di Puger terbagi dalam beberapa jenis yakni perahu kecil serta perahu kapasitas besar yakni jenis jukung dan perahu jaring yang bisa berlayar hingga pantai di Pulau Nusa Barong maupun terjauh hingga Pantai Prigi.
“Kami berharap Pemkab Jember bisa memberikan solusi atas kelangkaan solar yang dialami ribuan nelayan di Puger. Sebab solar ini merupakan bahan bakar perahu untuk mendapatkan ikan di laut satu-satunya penghasilan bagi para nelayan,” ujarnya.
Sementara berdasarkan penelusuran, stok solar di SPDN dikabarkan dulu ada sekitar 16 ton untuk persediaan 4 hari, namun saat ini hanya tersedia stok 8 ton untuk persediaan penjualan hanya 2 hari. Para nelayan juga tidak menginginkan bahan bakar bersubsidi tersebut dijual pada industri besar di Puger yang mengakibatkan kekurangan stok solar bagi nelayan. (Herman).
Komentar