CIREBON, (JKN) – Terdengar suara sedikit payau, Masamah mencoba mengingat dan menceritakan apa yang dialami dirinya hingga dituding terlibat atas meninggal dunia anak dari majikannya di Saudi Arabia sana. Saat itu, kata dia dengan mencoba bersikap tenang ingin menceritakan kejadian yang membuatnya merasakan pedihnya jalan hidup dirantauan.
“Saat itu, bayi Marwa mendadak pingsan dan saya menghampiri anak itu, kemudian saya bawa ke atas kasur. Kemudian anak yang lainnya saya bawa ke kakaknya, saya juga bilang begini-begini saya ceritakan seadanya,” ucanya dengan nada polos.
Dikatakannya, bayi Marwa masih berusia 11 bulan yang cukup aktif dengan selalu berusaha merangkak kesana kemari. Saat itu, dirinya tidak paham posisi bayi sesaat sebelum meninggal dunia karena saat itu dirinya dengah membuat susu.
Yang dialaminya, tidak sekejih tudingan yang dirasakannya. Karena, apa yang terjadi pada sang bayi Marwa dirinya benar-benar tidak mengetahui, hanya saja karena dirinya saat itu hendak menyuapi makan akhirnya dia dituding gara-gara sidik jari terekam pada beberapa benda yang ada di sekitar bayi Marwa.
Namun demikian, saat ini dirinya merasa sudah legah, semua tudingan yang dialamatkan kepadanya tidak benar, semuanya menbuat dirinya bersyukur jikan tudingan itu tidak terbukti kepadanya. Dia lepas dari hukuman mati di Saudi Arabia, kini dia dipulangkan dan tidak akan berangkat lagi ke negara itu.
Diceritakannya, anggapan berlimpahnya penghasilan seorang TKW di luar negeri, khususnya di Saudi Arabia, tidak sebanding lurus dengan nasib sebagian TKI-TKW di negara sumber minyak itu. Tidak sedikit, TKW mengalami kehidupan yang memprihatinkan.
“Banyak temen kita di Saudi yang mengalami kekerasan dalam menjalankan kerja sebagai assisten rumah tangga atau pembantu lah. Bahkan tidak sedikit dari teman kami para TKW yang harus dirawat di rumah sakit karena luka,” jelasnya.
Dirinya selalu mendengar, jika ada seorang TKW yang mengalami kekerasan fisik yang diduga dilakukan oleh sang majikan atau keluarga majikan si TKW itu. Namun, semua tidak bisa berbuat banyak selain memilih pasrah dan bisa bertahan demi menjalani kerja yang harus dilakukan.
“Padahal, kita di sana itu resmi. Namun kalau ketemu dengan majikan yang keras, hanya dengan melihat kerja TKW lambat saja langsung marah dan memukul,” ujarnya.
Masih menurutnya, kejadian itu seakan lepas dari pentauan pemerintahan Indonesia yang ada di Saudi Arabia. Pasalnya, sering terjadi ada TKW yang mengalami kekerasan dan masuk rumah sakit, baru diketahui oleh TKW lainnya dan pihak pemerintah yang ada di Saudi Arabia.
Seperti yang dialami selama delapan tahun yang harus dijalani dalam pengapnya penjara di sana, mengikuti sidang atas tudingan yang dialamatkan kepadanya.
“Namun saya kembali sangat beryukur semua itu bisa selsai dengan seperti ini. Saya bisa pulang dan kumpul dengan keluarga. Terimakasih kepada semuanya yang sudah membantu saya, terimakasih keapda pemerintah Indonesia,” pungkasnya. (Hafidz/Yono/JKN)
Komentar