Berita Sidik Kasus.co.id
OKI – Ratusan Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel) diketahui dalam kondisi memprihatinkan. Diselimuti oleh rumput liar dikepung pohon dan semak belukar. Kondisi ini membuat para peziarah bingung saat mencari makam keluarga mereka.
Pantauan Sidikkasus.co.id di beberapa TPU di Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), seperti di TPU Desa Kedondong, rumput pohon dan semak belukar menutupi puluhan makam di TPU. Puluhan makam tampak ditutupi pohon, semak, dan rumput liar.
Minimnya fasilitas penerangan lampu jalan di TPU semakin membuat kesan bahwa TPU tersebut angker jika dilalui warga pada malam hari. Selain itu tidak papan pengumuman nama di TPU tersebut.
Pemandangan angker mulai terlihat saat Sidikkasus.co.id mencobanya memasuki TPU di Desa Kedondong. Semak belukar tumbuh disemua makam. Bahkan suasana kian terasa mencekam saat Sidikkasus.co.id mencoba masuk ke dalam TPU. Semak belukar dan nisan makam didapati dalam kondisi rusak. Ini membuktikan bahwa TPU Desa Kedondong memang tidak terawat.
Pengakuan salah seorang warga setempat, Anisa, 40 tahun, mengatakan bahwa TPU tersebut memang tidak terawat, dan tidak mempunyai penjaga.
“Dari dulu memang tidak ada penjaganya. Bersihnya hanya ketika lebaran. Itupun keluarga yang punya makam yang membersihkan. Kalau sepengetahuan saya, pihak pemerintah desa tidak pernah membersihkan TPU ini,” ujarnya kepada Sidikkasus.co.id, Minggu 14 Maret 2021.
Ia mengatakan, TPU di Desa Kedondong memang sudah sejak lama ditumbuhi oleh rumput liar. “Upaya pemerintah desa setempat tidak ada,” kata dia.
Ia menambahkan, bahwa banyak peziarah kebingungan saat mencari makam keluarga mereka karena kondisi TPU tidak terawat.
“Kasihan melihat para peziarah yang datang ke tempat ini. Mereka harus muter-muter untuk mencari makam keluarga mereka. Selama ini inisiatif dari warga disini cuma sebatas gotong royong,” tambahnya.
“Sampai hari ini realisasi lampu penerangan jalan sama sekali belum terlaksana. “Katanya dana desa miliaran. Kenapa, apa alasannya,” celetuk Ad, 50 tahun, warga desa lain.
TIM
Komentar