PEMUTARBALIKAN FAKTA DAN RASA MALU

INSTING dasar yang merasuk dan menjadi bagian keseharian serta dilakukan berkali-kali adalah kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan secara berulang akan menjadi karakter. Entah bagaimana. Kini “memutarbalikkan fakta” menjadi karakter atau trend bagi pejabat untuk menangkal serbuan pemberitaan atau menutupi kebohongan publiknya.

Kebohongan publik secara umum diartikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya yang diungkapkan kepada publik.

Ternyata, kecenderungan menyimpang dengan memutar balikkan fakta secara pelan-pelan mulai menjangkiti banyak orang.

Secara tidak sadar, mulai banyak yang terjangkiti dan celakanya yang terkena justru Pejabat. Banyak sekali contoh yang dilakukan oleh pejabat dan menjadi pemberitaan media.

Orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan mudah mengidentifikasi ucapan tersebut. Namun orang awam bisa ada yang terfitnah.

Memutar balikkan kata-kata adalah sunnahnya kaum Yahudi.

Firman Allah dalam Al-Qur’an

“mereka mengubah kalimat-kalimat dari tempatnya” (Qs. Al-Maidah Ayat 13).

Kita harus waspada, jika ada pejabat atau tokoh yang dikagumi yang sering di dengarkan ucapannya namun memiliki kecenderungan hobi memutarbalikkan fakta, segera saja ditinggalkan, ganti panutan. Agar kita tidak salah jalan.

Selain media mainstream, media sosial memberi ruang yang sangat luas bagi siapa saja untuk mengemukakan pendapat. Bahkan kebohongan pejabat bisa diungah di medsos saat itu juga.

Sehingga pejabat yang memutarbalikkan fakta akan mudah diketahui kesalahannya dan dinilai masyarakat.

Namun ironisnya jika sudah menjadi karakter, biasanya rasa malu sudah tidak ada.

Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki arti sebuah emosi atau kondisi yang dialami manusia akibat sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya. Penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.

Namun yang banyak kita saksikan justru sebaliknya. Pejabat sudah tidak ada rasa malu lagi, walau memutarbalikkan fakta yang dilakukan tersebut diketahui masyarakat. Mengapa itu bisa terjadi ? Sebab memutarbalikkan fakta atau berbohong di depan publik sudah menjadi karakter. Hal ini berbahaya buat masyarakat, akan timbul fitnah dan saling curiga.

ADENI ANDRIADI

Komentar