Berita Sidikkasus.co.id
JAKARTA, – Masjid Istiqlal dibangun sebagai monumen, bahwa kemerdekaan kita diraih atas Rahmat Allah Subhanahu Wataa’la dan bahwa pilar kemerdekaan dikokohkan nafas ke-Islaman serta dihiasi indahnya ke-Bhinekaan.
Saat menggagas dan memulai pembangunannya tahun 1955 sebagai Masjid terbesar di Asia Tenggara, Presiden Sukarno tak hanya ingin menunjukan pada dunia bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar, tapi juga wadah besar yang menyatukan perbedaan dalam sujud pada Sang Maha besar.” ujar Sri Muliyani
Lanjut Sri Muliyani Indrawati, Inilah nilai yang ingin dipelihara, maka pada tahun 2018 Presiden Joko Widodo mengagas dan memulai renovasi besar pada Masjid Istiqlal. Hal yang pertama kali dilakukan dalam 42 tahun.
Proyek renovasi tersebut dilaksanakan pada tahun 2019-2020 dengan menggunakan anggaran dari APBN sebesar Rp 511,4 miliar untuk renovasi fisik dan sebesar Rp7,1 miliar untuk manajemen konstruksi. Renovasi ini juga telah membuka lapangan pekerjaan hingga 1.000 orang pekerja.
Kini, Masjid Istiqlal, tak hanya agung dalam ukuran, tapi betul-betul menjadi tempat ibadah yang aman dan nyaman, dilengkapi dengan teknologi tinggi dan fasilitas yang ramah lingkungan.”terangnya.
Pasca renovasi, Masjid Istiqlal membawa paradigma baru “New Istiqlal” yakni sebuah perubahan paradigma dimana bukan lagi umat yang memberdayakan masjid namun masjid-lah yang memberdayakan umat. Optimalisasi peran Masjid Istiqlal ini sebagai pusat peribadatan serta menjadi pusat untuk peradaban kegiatan ekonomi, bahkan sosial dan pendidikan akan diwujudkan melalui sinergi pemerintah dengan seluruh elemen masyarakat.
Sesuai tujuan pembangunannya, di peringatan ke-43 tahun ini saya harap Masjid Istiqlal mampu mewujudkan visinya sebagai lembaga pemberdayaan umat yang menyuarakan moderasi Islam yang berwawasan ke-Indonesia-an dan global sehingga umat Islam hadir sebagai solusi kehidupan bangsa, sebagai rahmatan lil ‘alamin.” pungkas Sri pada hari Senin 22/2/21. ( red/jek)
Komentar