Cerita Derita Pendidikan Bocah Jelang Hari Raya Imlek

Berita Sidik Kasus.co.id

PALEMBANG – Hari Raya Imlek Nasional akan diperingati pada 12 Februari 2021 mendatang. Tahun ini, Hari Raya Imlek akan jatuh pada hari Jumat. Namun, sejumlah ketimpangan sosial terhadap anak-anak Indonesia di Desa-Desa masih terjadi.

Khususnya pada era belajar daring atau online akibat pandemi Covid-19. Sebab, tidak sedikit jumlah siswa-siswi di pedesaan yang harus mengorbankan rasa malu mereka untuk ikut nebeng handphone kepada teman-temannya.

“Saya hanya buruh harian lepas, belum bisa membelikan HP untuk anak saya,” Ujar Yudi 39 tahun, warga Desa Rambutan Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin Sumatera (Selatan), saat ditemui Sidikkasus.co.id dirumahnya, Sabtu 9 Januari 2021 siang.

Yudi mengatakan selain anaknya, ada banyak anak-anak lain di desanya yang terpaksa ikut nebeng belajar ketetangga karena tidak memiliki handphone canggih.

Yudi menyebut dirinya heran dengan kejadian seperti ini, Pemerintah belum juga terbuka atau terketuk hatinya untuk kembali membuka sekolah secara langsung demi masa depan pendidikan semua anak-anak desa di kecamatan rambutan.

Padahal di hari pertama masuk sekolah, dia harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar buku LKS dan lain-lain. Sekarang dibebankan harus memiliki handphone android,” ujarnya sambil menghela nafas usai menghisap rokok kretek seharga Rp 3 ribu perbungkus.

Selain Yudi, Joni mengaku kewalahan dengan proses pembelajaran online untuk anak-anaknya. Joni menyebut selain terbatasnya handphone android, juga waktu belajar anak-anaknya hampir selalu bersamaan.

Artinya secara langsung Joni berharap ada perbedaan waktu belajar untuk anak-anaknya, agar bisa mengoptimalkan handphone android milik tetangganya. “Kan bisa bergantian kalau beda jamnya, ini malah bareng, repot kan jadinya,” kata Joni sembari mengusap keringat didahi.

Selain terbatas akan handphone android untuk belajar online, Joni menyebut juga terkendala akan jaringan provider karena sering mengalami gangguan atau naik turunnya signal. Belum lagi Joni mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran disaat akan memerlukan pulsa data ia dan sang istri tidak memiliki uang.

“Gara-gara handphone android dan tidak punya uang untuk membeli pulsa data, semua informasi penting menjadi tertutup. Belum lagi ada banyak orang tua didesa ini yang sama sekali tidak mengerjakan handphone,” ucap Joni dengan sedikit ketus.

Sejak situasi dan kondisi pandemi Covid-19, ada banyak guru dan kepala sekolah di Kecamatan Rambutan ini terlihat jarang masuk kerja. Saya perhatikan tidak ada guru maupun kepala sekolah yang melakukan jemput bola atau door to door,” ungkapnya.

ADENI ANDRIADI SUMSEL

Komentar