Banyuasin Ramah Banjir

Berita Sidikkasus.co.id

Banyuasin – Persoalan banjir di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) nyaris menyentuh level kedaruratan. Sebagian warga Desa di Kabupaten Banyuasin kini mengalami banjir dan bukan lagi lima tahun sekali atau satu tahun sekali.

Menjelang akhir tahun 2020 ini beberapa Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel) masih diterpa banjir hingga hari ini. Setiap hujan lebat mengguyur semalaman sudah hampir dipastikan bakal ada Desa yang kebanjiran. Saking seriusnya, sebagian besar warga Desa di Kabupaten Banyuasin seperti sudah terbiasa untuk terbangun dari tidur ketika hujan turun. Dengan seperti itu, warga sudah tidak kaget lagi saat air tiba-tiba masuk kedalam rumah hingga mencapai lutut orang dewasa.

Tidak kaget bukan berarti tidak merasa terganggu. Banjir membuat berbagai aktivitas warga menjadi terhambat. Aset terendam air, dan muncul kesibukan ekstra untuk melakukan bersih-bersih di rumah saat air pasang surut.

Kekerapan banjir merupakan salah satu indikasi bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuasin lebih banyak bersikap reaktif ketimbang preventif. Langkah-langkah yang diambil hanya sebatas untuk mengatasi dampak banjir. Alih-alih menyelesaikan persoalan untuk tidak kembali terjadi, Pemerintah Kabupaten Banyuasin hanya mengandalkan himbauan untuk meneriaki warga ditengah banjir datang. Menyalahkan cuaca pun menjadi lagu lama. Terbukti, hanya oleh hujan lokal, banjir lagi-lagi datang ke beberapa Kecamatan di Kabupaten Banyuasin.

Sungguh ironis, mencari akar persoalan dikandang sendiri. Coba tengok di Kecamatan Pulau Harimau. Sejak banjir besar terjadi pekan lalu, setidaknya ada beberapa rumah warga di Dusun ll Desa Penuguan yang hari ini masih dikepung banjir.

Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa hingga mengharuskan warga warga terpaksa harus pindah ke rumah tetangga. Jika persoalan ini tidak segera ditangani dalam waktu dekat, ini jelas memperlihatkan ketidakseriusan dalam mendiagnosis penyebab banjir. Jika diagnosis keliru, obatnya pasti salah. Dari sisi teknis, setidaknya ada beberapa penyebab utama terjadinya bencana banjir di Kabupaten Banyuasin. Pertama, daya tampung sungai sangat kurang. Kedua, sistem drainase buruk. Ketiga, kerusakan lingkungan. Keempat, akibat alih fungsi hutan rawa-rawa di Kabupaten Banyuasin.

Perawatan, antara lain ialah dengan melakukan pengerukan sungai secara terus-menerus. Mengembalikan fungsi hutan rawa-rawa seperti semula. Dan alangkah baiknya jika melakukan pembangunan waduk di Kota Kabupaten.

Tentu saja, waduk-waduk itu tidak boleh luput dari perawatan secara berkesinambungan. Demikian pula dengan sistem drainase jika telah selesai dibangun. Menuntaskan persoalan banjir tentu saja tidak ada alasan anggaran pengendalian banjir yang minim. Sungguh aneh jika persoalan anggaran dijadikan alasan untuk mengatasi persoalan banjir. Tidak heran jika banjir selalu datang. Pemerintah Kabupaten Banyuasin hingga hari ini belum terlihat menggebu-gebu untuk bisa mengatasi persoalan banjir di Kabupaten Banyuasin.

ADENI ANDRIADI SUMSEL

Komentar